Di perairan Pulau Misool, Raja Ampat, Papua Barat, tempat yang banyak terdapat habitat gurita, hiduplah seekor gurita kecil bernama Gru. Tetapi, Gru saat ini terlihat sedih. Dia bersembunyi di antara terumbu karang. Tadi dia melihat sekelompok ikan bermain riang. Ketika Gru menghampiri, mereka justru mengusirnya.
"Kamu bukan ikan. Tanganmu yang banyak terlihat menjijikkan!" usir salah satu ikan. Gru terkejut mendengar penolakan mereka. Dia berenang menjauhi anak-anak ikan itu.
"Tak usah bersedih. Mereka pasti akan rugi jika tidak mau berteman denganmu," sapa Uci udang.
"Mereka mengejekku karena aku memiliki banyak tentakel," cerita Gru.
"Sudahlah, kamu bisa main bersamaku di sini," sahut Uci sambil berenang di sela terumbu karang. Gru menurut. Uci benar, lebih baik dia main bersama Uci saja. Lalu, mereka pun bermain di sela terumbu karang.
Sesekali Gru masih melirik ke arah sekelompok ikan yang sedang tertawa riang. Beberapa menit kemudian, tiba-tiba mata Gru melihat seekor ular laut mendekati sekelompok ikan itu. Gru bergegas memperingatkan mereka.
"Lari! Ada ular mendekati kalian!" teriak Gru dari jauh. Gru hampir mendekati sekelompok ikan kecil. Demikian juga dengan ular laut.
Mereka kaget dan berenang tak tentu arah. Gru dengan kekuatan penuh mendekati ular dan memuntahkan tintanya. Dengan begitu, dia berharap bisa menghalangi pandangan ular sehingga sekelompok ikan bisa berenang lebih jauh untuk menghindar.
Mendapat serangan dari Gru, ular laut pun tidak berkutik. Sementara itu, Gru berhasil menjauh dari ular.
"Terima kasih, ya Gru. Kamu sangat pemberani dan hebat. Kalau kamu tidak memperingatkan kami tadi, kami pasti sudah menjadi makan siang ular itu," ujar Lala si ikan badut sambil menghampiri Gru.
"Maafkan kami juga. Tadi kami sudah mengusirmu," tambah Geo si ikan buntal.
"Kamu adalah sahabat sejati kami," ucap mereka serentak sambil memeluk Gru. [*]
Catatan & Moral Cerita:
Kita sebaiknya tidak membedakan teman karena siapa tahu teman yang dianggap buruk adalah teman yang sangat peduli dengan kita.