Kama dan Raka adalah dua ekor burung gagak hitam. Mereka tinggal di hutan Banggai, Sulawesi Tengah. Sarang Kama dan Raka pun berdekatan.
“Raka... Ayo, kita mencari makanan!” ajak Kama.
“Ayo!” jawab Raka bersemangat.
Mereka terbang ke tempat yang banyak ditumbuhi pohon buah dan biji-bijian.
“Tuk tuk tuk...” Kama dan Raka asyik sekali mematuk-matuk makanan lalu memasukkan ke dalam mulut.
“Pulang, yuk! Aku sudah kenyang!” ajak Raka sambil mengelus perutnya yang membuncit.
Kama tidak menjawab dan langsung terbang menuju sarangnya. Raka pun mengikuti Kama. Sampai di sarangnya, Kama segera membuka mulutnya. Raka terkejut. Ternyata, Kama menyimpan biji-bijian di mulutnya.
“Kenapa kamu menyimpan biji-bijian itu?” tanya Raka heran.
“Ini untuk persediaan makananku,” jawab Kama sambil memasukkan biji-bijian ke sebuah kantung.
Raka tertawa terbahak. “Kita kan bisa mencari makanan setiap hari?”
“Tapi, kita tidak bisa memastikan cuaca, Raka,” jawab Kama.
Raka merasa aneh melihat kelakuan Kama.
Besoknya, hujan turun sejak pagi. Raka menggigil kedinginan di sarangnya. Ia juga merasa lapar. Menjelang siang, hujan baru berhenti.
“Aku harus segera mencari makanan,” kata Raka sambil bersiap-siap terbang.
“Ah, lebih baik aku minta makanan saja pada Kama. Dia kan punya banyak persediaan makanan,” pikir Raka. Ia pun terbang ke sarang Kama.
“Kama.. Kama... Apakah kamu ada?” Raka memanggil-manggil Kama. Tetapi, tidak ada sahutan dari Kama.
Raka pun bergegas terbang menuju tempat biasanya ia mencari makan bersama Kama.
“Wah, tanahnya tergenang. Aku tidak mungkin mencari makan di sini?” Raka kebingungan.
“Hei, kamu sedang apa?” tanya seekor tupai dari atas pohon.
Raka berkata, “Apakah kamu punya makanan? Tolong beri aku sedikit saja,” pinta Raka.
“Persediaan makananku sudah habis. Kamu cari saja ke tempat lain,” jawab si tupai.
Raka pun terbang mengelilingi hutan. Akhirnya, Raka menemukan tempat lain yang ditumbuhi pohon dan biji-bijian.
“Tuk tuk tuk...” Raka segera mematuk biji-bijian dengan lahap. Sebentar saja perutnya sudah kenyang.
“Ah, senangnya. Saatnya kembali ke sarang,” kata Raka gembira.
“Ya ampun, aku lupa sesuatu.” Raka tiba-tiba mematuk-matuk biji-bijian lagi, lalu menyimpan di dalam mulut. Rupanya, Raka mengikuti cara Kama menabung makanan. Raka tentu tidak ingin kelaparan lagi. Sejak saat itu, ia pun mulai rajin menabung makanan, sebagai bahan persediaan kala dibutuhkan.
Catatan & Moral Cerita:
Biasakanlah menabung karena menabung sangat banyak manfaatnya bagi kita.