Sejak malam, hujan turun sangat deras. Suara petir yang menggelegar membuat warga perkampungan kumuh di kawasan Manggarai, Jakarta, tak bisa tidur. Rumah mereka yang hanya tempelan papan dan seng-seng bekas terasa bergetar. Hal itu membuat Rara dan ibunya, penghuni kampung itu, takut tertimpa atap roboh.
Esok pagi, hujan kembali turun. Di jalan, ramai pejalan kaki menggunakan payung dan jas hujan. Rara berangkat ke sekolah, hanya bertudungkan selembar plastik kusam. Namun, ia terlihat senang dan bisa menikmati pemandangan payung beraneka warna di jalan, “Indahnya payung-payung itu,” gumam Rara.
Ketika Rara melewati sekolah taman kanak-kanak, mendadak sebuah mobil berhenti di sampingnya. Dari dalam mobil, keluar seorang ibu yang menuntun anak kecil. Ibu itu memakai payung besar yang tampak bagus dan kokoh.
“Wah, payung Ibu bagus sekali, pasti harganya mahal,” ujar Rara kagum.
Tiba-tiba seorang bapak melintas. Rara hampir saja menabraknya. Terlihat bapak itu membuang sebuah benda ke tempat sampah. Benda itu sebuah payung! Rara mengambil payung itu dengan hati senang.
Ia pun bergegas menuju sekolah yang sudah dekat. Payung itu tak sempat dibuka karena hujan kini telah berhenti.
Sepulang sekolah, Rara menunjukkan payung yang tadi ia peroleh kepada ibunya. “Kamu dapat dari mana?” tanya ibu. Rara pun menceritakan dengan riang sambil membuka payung.
“Yaaah...” seru Rara. Ternyata, payung sudah ada yang robek saat mengembang.
Lalu, ibu memeriksa payung itu. “Ini masih bisa dipakai, Ra. Tetapi, harus diperbaiki dulu.” Rara pun mengangguk.
Ibu segera memperbaiki payung itu. Rara tidak ikut membantu karena ia harus mengerjakan PR. Ibu Rara adalah seorang penjahit.
“Nah, sekarang payungnya sudah bisa dipakai,” kata ibu.
“Hore!” seru Rara girang. “Wah, ada bola-bolanya seperti baju badut! Ini namanya payung badut, ya Bu?” komentar Rara. Ia melihat potongan kain perca warna-warni berbentuk bola-bola yang sudah dijahit di payung itu.
”Terima kasih, Bu.” Rara memeluk ibunya. “Tuhan, terima kasih telah memberi Rara payung badut yang indah,” ucapnya penuh bersyukur.
Itulah Rara. Meskipun ia dan ibunya hidup berkesusahan, ia tak pernah mengeluh, melainkan selalu bersyukur. Rara selalu mengingat pesan ibu bahwa Tuhan akan selalu menambahkan karunia pada hamba-Nya yang selalu bersyukur.
Catatan & Moral Cerita:
Jadilah seorang anak yang selalu bersyukur atas segala karunia dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Jika kita selalu bersyukur, nikmat kita akan ditambahkan oleh Tuhan.