Di Pulau Samalona, Makassar, Sulawesi Selatan, hiduplah sebuah keluarga sangat sederhana. Ilona, anak perempuan dari keluarga itu baru saja lulus SD dengan nilai memuaskan dan ingin melanjutkan SMP.
Namun, sang ibu berkata, “Ilona, Ibu sudah tidak sanggup lagi kalau harus membiayaimu ke SMP.”
Dengan sedih Ilona menjawab, “Tapi Bu, aku kan tidak perlu membayar uang sekolah dan seragam. Buku-buku juga disediakan pihak sekolah.”
“Benar, Nak. Akan tetapi, bagaimana biaya hidupmu sehari-hari? Tinggal di pulau ini membuatmu harus bersekolah di Makassar.”
Samalona memang hanya setengah jam dari Pantai Losari, Makassar. Namun, satu-satunya cara mencapai Pulau Samalona hanyalah dengan naik perahu dan biayanya tidak murah. Tapi, tekad Ilona sudah bulat. Aku harus menemukan cara agar bisa tetap sekolah.
Pagi-pagi sekali, Ilona sudah berjalan keliling pulau sambil membawa keranjang. Dia mulai mengumpulkan kerang, butiran batu kecil, dan eceng gondok. Bahkan, Ilona sampai berenang sedikit jauh dari pantai untuk mengumpulkan semua itu. Saat panas matahari mulai menyengat, keranjang di tangannya sudah penuh.
Sesampai di rumah, Ilona merangkai barang-barang yang dikumpulkannya menjadi suvenir-suvenir menarik yang rencananya akan dijualnya besok pagi. “Besok pasti banyak wisatawan berkunjung ke sini karena akhir pekan”, gumamnya dalam hati.
Besok, wisatawan mulai berdatangan. Ilona pun menawarkan dagangan. Cara bicara dan sikap Ilona yang sopan dan ramah membuat para wisatawan menyukainya dan membeli hasil kerajinan Ilona hingga tak bersisa satu pun.
Karena jualannya sudah habis, Ilona menemani para wisatawan berkeliling pulau. Ilona menceritakan sejarah pulau itu dengan cara menarik, bahkan ia berani bercerita dalam bahasa Inggris kepada wisatawan asing. Pengetahuan Ilona luas karena ia senang membaca, membuat para wisatawan senang dan memberikan tip yang besar kepada Ilona. Ia akhirnya mendapatkan uang cukup besar hari itu dan cukup untuk membiayai sekolah.
Hati Ilona senang karena akan bisa melanjutkan sekolah. Namun, ia anak yang baik. Ia tak mau hanya pintar sendirian. Ia ingin agar semua anak di Pulau Samalona juga bisa bersekolah seperti dirinya.
Ilona mengajak anak-anak di pulau membuat kerajinan tangan dan menjadi pemandu wisata. Ia tak sungkan berbagi pengetahuan yang dimiliki kepada mereka.
(Juara 2 Lomba Menulis Dongeng Anak Nusantara Bertutur 2014)
Karya: Lenny Triana Situmeang