AUDIO

Serabi Mak Piah


Mak Piah menjunjung tampah dagangannya. Serabi buatannya kurang laku hari ini. Mak Piah membawa tiga puluh serabi, sedangkan yang laku baru lima serabi. Padahal siang ini sangat panas. Mak Piah duduk bersandar di bawah pohon kamboja yang teduh itu.

“Aduh, panas sekali udara Jakarta. Mana serabiku baru laku segini. Siapa yang mau menghabiskan jika sampai sore tidak laku?” gumam Mak Piah pada dirinya sendiri.

Tidak lama kemudian, tiga orang anak kecil datang untuk berteduh di bawah pohon kamboja itu. Mereka adalah tiga kakak beradik, Udin, Dudung, dan Lela. Baju yang mereka pakai agak lusuh. Tubuh mereka kurus.

Lela, yang paling kecil dari mereka merengek. “Kak, aku lapar sekali. Apa tidak ada lagi uang untuk beli makanan?”

“Tidak ada lagi. Tidurlah dekatku. Jika tertidur, laparmu pasti hilang,” kata Udin.

Mak Piah merasa iba melihat mereka. Mak Piah menyodorkan serabi dagangannya kepada mereka.

“Terima kasih Bu, kami tidak punya uang. Kami tidak dapat menerimanya,” jawab Udin.

“Ambillah. Mak Ikhlas memberikannya pada kalian,” kata Mak Piah.

“Almarhum ayah kami berpesan agar kami tidak menerima sesuatu tanpa bekerja,” ujar Udin lagi.

“Tapi Mak ikhlas. Mak senang serabi Mak kalian makan.”

Lela kembali merengek kepada Udin, kakaknya.

“Kak, aku lapar sekali. Boleh aku mengambilnya?”

Udin hanya terdiam. Dirinya juga lapar.

“Ambilah. Ini untuk adik-adikmu,” ujar Mak Piah kemudian.

“Baiklah Bu, tetapi biarkan kami menjual serabi-serabi ibu yang tersisa setelah kami memakannya,” tanggap Udin.

Mak Piah mengernyitkan dahi, “Haruskah seperti itu?”

“Ya, Bu, karena kami tak mau memakan rezeki tanpa kerja.”

“Baiklah kalau begitu. “

Udin, Dudung, dan Lela pun memakan serabi pemberian Mak Piah. Mak Piah senang melihat mereka memakan serabi itu dengan lahap. Selesai makan, mereka bertiga membantu Mak Piah menjajakan serabinya.

“Serabi… serabi… serabi… serabi Mak Piah,” teriak Dudung dan Udin.

“Serabinya enak, loh. Kami yang kelaparan jadi kenyang.” Lela ikutan berpromosi.

Mak Piah tersenyum bahagia dengan bantuan kakak beradik itu. Udin, Dudung, dan Lela juga senang dengan kebaikan hati Mak Piah yang memberikan kue serabi kepada mereka secara cuma-cuma.

Kegembiraan meliputi hati mereka semua, berkat rasa saling tolong menolong di antara mereka, meskipun mereka sama-sama orang yang tidak berpunya.

Pesan Moral: Mari kita tumbuhkan kebiasaan tolong-menolong dalam kebaikan.
(Juara 3 Lomba Menulis Dongeng Anak Nusantara Bertutur 2014)
Karya: Ade Ganiarti