Untuk kesekian kalinya Nawa pulang sekolah sambil menangis karena diolok-olok teman-temannya. “Ibu, kenapa sih aku harus punya kakak sepupu seperti Mas Dimas? Aku selalu diejek, adik orang gila,” Nawa mengadu pada Ibu.
Ibu memeluk Nawa sambil berkata, “Mas Dimas itu tidak gila, Sayang. Mas Dimas hanya punya kekurangan yang membuatnya kelihatan berbeda dengan kita.”
”Tapi Nawa malu Bu setiap hari diejek teman-teman,” kata Nawa sambil sesenggukan.
”Nawa tidak boleh malu punya kakak sepupu seperti Mas Dimas. Mulai sekarang coba ajak Mas Dimas berbincang-bincang atau bermain, nanti Nawa tidak akan malu lagi punya kakak seperti Mas Dimas,” kata Ibu.
”Apa benar Bu?”
”Benar. Mas Dimas itu sebenarnya baik. Tapi karena Nawa belum kenal dekat, makanya Nawa tidak tahu.”
Mas Dimas umurnya hampir 20 tahun, tetapi perilakunya seperti anak kecil, karena mengalami gangguan keterbelakangan mental. Mas Dimas sering memanggil anak-anak yang lewat di depan rumah, maksudnya mau diajak bermain. Tetapi karena ucapannya tidak jelas dan fisik yang tidak sempurna, anak-anak malah mengejek Mas Dimas.
Siang itu, pulang sekolah Nawa membawa dua potong tahu goreng yang dibelinya dengan sisa uang sakunya. Nawa lalu menghampiri Mas Dimas di teras rumah. “Ini untuk Mas Dimas,” kata Nawa. Ya, Nawa ingin mencoba berteman dengan Mas Dimas seperti kata Ibu kemarin.
Tak disangka Mas Dimas tersenyum dan menerima bungkusan berisi tahu goreng dari tangan Nawa.
Nawa senang melihat sikap mas Dimas. ”Besok Nawa bawakan tahu goreng lagi ya, Mas Dimas, sekarang Nawa ganti baju dulu, nanti kita bermain,” kata Nawa.
Mas Dimas mengangguk, dan menggumam tidak jelas. Apa pun yang dikatakan mas Dimas, Nawa tahu itu adalah rasa senang karena Mas Dimas mengatakan sambil tersenyum.
Nawa lalu mengajak Mas Dimas bermain lompat tali. Ternyata Mas Dimas pandai sekali melompat. Bahkan, Mas Dimas bisa melompati tali yang tinggi.
Sejak saat itu, Nawa sering mengajak Mas Dimas bermain bersama. Ternyata benar kata Ibu kalau Mas Dimas itu sebenarnya baik. Tetapi, karena Mas Dimas tidak bisa mengatakannya, maka tak ada yang mengetahuinya.
Sekarang Nawa bahkan sering mengajak teman-temannya bermain bersama Mas Dimas. Dan, teman-teman Nawa akhirnya banyak yang menyukai Mas Dimas karena meskipun mempunyai kekurangan, Mas Dimas pandai bermain dan baik hati. Kini Nawa dan Mas Dimas bersahabat akrab. Dan Mas Dimas tak lagi kesepian karena punya banyak teman.
Pesan Moral: Jangan menilai rendah seseorang karena kekurangan fisiknya. Karena bisa saja di balik fisiknya yang kurang, tersimpan hati yang mulia.
(JUARA HARAPAN LOMBA MENULIS DONGENG ANAK NUSANTARA BERTUTUR 2014)
Karya: Ikfi Khoulita (Tulungagung, Jawa Tengah)