Rambas adalah seekor burung kasuari. Ia hidup di Taman Nasional Wasur, Merauke, Papua, bersama ratusan jenis burung lain. Belakangan ini Rambas terlihat murung karena merasa tidak seperti burung lainnya.
“Buluku tidak secantik Rua Cendrawasih,” keluh Rambas sambil memperhatikan Rua Cendrawasih di atas pohon. Bulu Rua berwarna-warni. Ekor panjangnya yang putih terlihat cantik dengan semburat kekuningan. Sayapnya berwarna cokelat kemerahan dan tubuhnya kuning cerah.
Rambas melirik bulu-bulunya yang hitam, tebal, dan kasar. “Tidak cantik sama sekali,” pikirnya kesal.
“Kuka juga berbulu hitam, tetapi ia tetap kelihatan tampan,” pikir Rambas lagi sambil melirik Kuka si Kakatua Raja. “Bulunya halus dan mengilat. Apalagi, ia mempunyai mahkota indah di atas kepalanya yang membuatnya semakin gagah.”
Tiba-tiba lengkingan seekor burung memecah sunyi di dalam hutan. Lengkingan itu segera ditimpali nyanyian merdu burung-burung lainnya. Rambas ingin sekali ikut bernyanyi bersama mereka.
“Krak ... krak ...”
Uh, suaranya buruk sekali, sama sekali tidak terdengar merdu. Rambas tertunduk sedih saat burung-burung lain bernyanyi riang. Tak ada yang bisa dibanggakan dari dirinya.
Rambas sering merasa malu karena ia burung yang tidak bisa terbang. Dengan tubuh yang tinggi dan besar, ia memang hidup di atas tanah.
Tiba-tiba Rambas dikagetkan oleh seekor kanguru yang melompat mendekat.
“Rambas, tolong anakku. Ia tersangkut akar di pinggir hutan. Aku tidak bisa menolongnya karena semaknya cukup rapat.” Ibu Kanguru tersedu.
Seketika Rambas lupa rasa sedihnya dan segera berlari. Burung kasuari berkaki besar dan kuat sehingga Rambas bisa berlari dengan cepat. Tak lama, ia sudah mendengar tangis anak kanguru yang ketakutan di dalam semak.
“Jangan menangis, aku akan segera mengeluarkanmu,” teriak Rambas. Cakarnya yang kuat dengan mudah mencabut dan menyingkirkan akar dan sesemakan rapat. Benar saja, anak kanguru terjerat akar dan semak rambat yang membelit tubuhnya. Rambas segera menolongnya dengan hati-hati.
“Terima kasih Rambas, engkau memang burung yang hebat,” puji Ibu Kanguru.
Rambas tercenung. Ya, meskipun bulunya tidak secantik burung lain, tetapi ia bisa berlari kencang dan memiliki cakar yang kuat. Kakinya bisa merobohkan lawan bahkan dengan sekali tendangan. Seketika Rambas tersenyum. Ia memang memiliki kekurangan, tapi Tuhan pun menciptakannya dengan segala kelebihan.
Pesan Moral: Semua makhluk dianugerahi Tuhan yang Mahakuasa kelebihan masing-masing. Kita harus mensyukurinya dan tidak perlu merasa iri dengan kelebihan orang lain.
(Juara Harapan Lomba Menulis Dongeng Anak Nusantara Bertutur 2014)
Karya: Iwok Abqary (Tasikmalaya, Jawa Barat)