Putri Laras adalah putri tunggal Raja dan Ratu Kerajaan Kembangarum di Jawa Tengah. Dia tinggal di istana joglo. Pakaiannya indah berwarna–warni. Rambutnya yang panjang dan lebat disanggul menawan oleh juru rias. Makanan lezat yang selalu terhidang dimasak oleh koki andalan. Setiap hari dia dikelilingi oleh puluhan dayang yang siap sedia melayani sepanjang hari. Apa pun yang diminta sang putri akan langsung disediakan dengan cepat di hadapannya.
Kehidupan Putri Laras tampak sempurna, tetapi justru itu yang membuat Raja cemas. Semakin hari, Laras semakin manja dan malas. Padahal, putri Laras adalah pewaris tunggal kerajaan yang kelak menjadi pemimpin di negerinya. Apa jadinya kalau pemimpin tidak cakap bekerja, bahkan pemalas?
Suatu ketika, Raja berkeluh kesah kepada Ratu dan penasehat istana perihal putri semata wayangnya itu.
“Apa yang harus kulakukan agar Laras menjadi putri yang mandiri dan rajin?” Raja berpikir keras.
“Sepertinya, Laras harus diberi pelajaran sejak sekarang agar sifat dan sikapnya tidak terbawa sampai dia dewasa,” kata Ratu.
“Tuan, saya punya usul. Bagaimana kalau selama sepekan, semua prajurit, koki, dan dayang diliburkan. Bawa mereka ke taman untuk bersenang-senang. Biarkan putri Laras belajar melakukan semua sendiri. Walaupun berat, putri harus melaluinya.”
Raja dan ratu pun setuju. Mereka bertiga merencanakan hal itu dengan matang.
Maka tengah malam, ketika Laras tidur lelap, semua pelayan istana keluar dari kerajaan. Mereka digiring ke suatu tempat yang jauh untuk berlibur. Mereka sangat senang karena bisa beristirahat sejenak dari keseharian yang membosankan.
Saat terbangun, Putri Laras heran karena suasana sepi.
“Dayaaang! Buatkan minuman hangat!” teriaknya dari kamar.
Tak ada yang menyahut. Kemudian, Putri Laras beranjak ke ruang bawah. Putri terkejut karena di mana-mana ditempel tulisan cuci pakaian sendiri, bersihkan kamar sendiri, makan ambil sendiri, dan sebagainya.
“Ayah, ke mana perginya pegawai kerajaan?” tanya Putri Laras penasaran.
“Ayah memberi hadiah berlibur untuk para pegawai. Mereka telah bekerja dengan baik selama ini. Sekarang kamu harus belajar mandiri, Nak,” perintah Raja.
Hari itu, meskipun putri Laras tahu bahwa ayah dan ibunya sedang memberinya pelajaran, dia tetap mengeluh capai dan bermuka masam. Putri Laras yang biasa tinggal menyuruh, membutuhkan waktu lama untuk mengerjakan pekerjaannya. Dia putus asa dan hampir menangis. Tetapi, dia tidak berani protes kepada ayah ibunya.
Hari demi hari berlalu. Putri Laras semakin terbiasa melakukan semua tugasnya sendiri. Saat pulang berlibur, rombongan pekerja kerajaan pun terheran-heran dengan perubahan Putri Laras. Tak menyangka sang putri menjadi gadis kecil yang mandiri, cekatan, dan rajin.
“Bisa itu karena biasa,” tutur Raja dan Ratu bersamaan. Putri Laras setuju dengan hal itu.