Dahulu kala, hiduplah seorang anak laki-laki cerdik dari Desa Lubuk Silau, Sumatera Barat. Buyung Arai, namanya. Seorang anak yatim piatu yang tinggal bersama kakeknya, Angku Ketek. Buyung Arai tidak dapat dipisahkan dari Koto si ayam jago, warisan mendiang kedua orangtuanya.
Banyak orang mencari Buyung Arai. Mereka ingin memiliki Koto karena konon ayam jagonya itu dianggap yang terhebat. Kokok nyaringnya benar-benar ampuh untuk membangunkan orang-orang yang malas bangun pagi.
Namun, Buyung Arai selalu menggeleng tegas setiap kali datang saudagar-saudagar kaya yang ingin menukarkan banyak uang dengan ayam jago miliknya.
“Huk Huk Huk.”
Buyung Arai terkejut. Ia sedih melihat Angku Ketek sakit. Padahal, tidak ada uang untuk membeli obat.
Selama Angku Ketek sakit, tugas mencari kayu bakar dikerjakan Buyung Arai sendirian. Buyung Arai lalu berjalan ke pasar untuk menjual kayu bakar. Ternyata, di pasar ada pengumuman sayembara dari Raja. Buyung Arai bertekad mengikutinya.
Hari ini, Buyung Arai berada di istana untuk mengikuti sayembara Raja, barang siapa berhasil mengubah kebiasaan bangun siang, Pangeran Bonai menjadi bangun pagi, Raja akan menghadiahkan sekantong emas.
Buyung Arai duduk bersimpuh di hadapan Raja Tuo dengan Koto di sampingnya.
“Hmmm, ayam jago,” Raja Tuo menggelengkan kepala. “Istana punya banyak ayam jago. Namun, tidak satu pun suara kokok ayam jago mampu membuat Pangeran Bonai bangun di pagi hari.”
“Benar, Yang Mulia. Sesungguhnya tidak ada seekor ayam jago pun yang mampu membangunkan seseorang untuk bisa bangun di pagi hari,” kata Buyung Arai.
Raja Tuo mengerutkan dahi.
“Selama ini, orang-orang menganggap kokok ayam jago ini yang membangunkan mereka di pagi hari. Namun, hamba pikir, bukan. Ada orang-orang yang mendengar kokok ayam jago ini, mereka tetap saja tidur. Sedangkan di tempat lain, orang-orang yang tidak pernah mendengar ayam jago ini berkokok, mereka tetap bisa bangun pagi.”
Raja Tuo tampak mengangguk-anggukkan kepala. “Lalu apa sesungguhnya yang bisa membuat orang mempunyai kebiasaan bangun pagi?” tanya Raja Tuo.
“Tanggung jawab. Orang yang biasa bangun pagi karena ia bertanggung jawab akan tugas-tugasnya.”
Pangeran Bonai memerah wajahnya mendengar penjelasan Buyung Arai. Selama ini, ia malas bangun pagi, padahal ia adalah calon raja penerus tahta ayahnya.
Buyung Arai memenangkan hadiah sekantong emas yang dipergunakan untuk membeli obat buat kakeknya.
Pesan Moral: Jadilah anak yang selalu bertanggung jawab terhadap tugas maupun kewajiban yang diamanatkan kepada kita. Banyak kebaikan yang akan kita petik dengan bertanggung jawab.
(Pemenang Hiburan Lomba Menulis Dongeng Anak Nusantara Bertutur 2014)
Karya: Pupuy Hurriyah