Suatu pagi di kawasan Hutan Sancang, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Koko Katak memperkenalkan Rara Si Laba-Laba kepada teman-temannya sesama katak, yaitu Tika, Anggi, dan Kiti. Namun, teman-teman Koko tidak menyambut ramah.
“Hiii... tangan dan kaki teman barumu sangat banyak, Koko!” cetus Tika Katak nyaring.
“Mata kecilnya menyeramkan,” timpal Anggi Katak pelan.
Sementara itu, Kiti Katak hanya mencibir.
Ternyata, teman-teman Koko Katak tidak ada yang mau berteman dengan Rara Si Laba-Laba. Beruntung, Koko punya banyak buku cerita. Rara jadi sedikit terhibur saat membaca buku-buku itu.
“Kasihan Rara. Semoga dia tidak sedih lagi,” gumam Koko dalam hati.
Esok harinya. “Hei, Koko! Bangun! Sudah pagi!” Rara Si Laba-Laba mengacak-acak selimut Koko Katak. Koko pun gelagapan.
“Hoaaam... Ada apa?” Koko menguap lebar. Dia terduduk menahan kantuk, “Pukul berapa ini?”
“Selamat ulang tahun!” ucap Rara ceria. Dia menyerahkan kado kepada Koko.
“Wah, terima kasih! Dari mana kamu tahu kalau aku ulang tahun?” Koko tertawa seraya mengucek-ucek matanya.“Dan, kado ini?”
“Dua hari yang lalu, aku tidak sengaja mendengar teman-temanmu membicarakan ulang tahunmu,” cerita Rara. “Ayo, buka kadonya sekarang!”
Koko Katak menyobek kertas kado hati-hati. “Baju hangat yang bagus! Terima kasih, Rara!” Koko melompat-lompat kesenangan.
“Aku merajutnya sendiri, menggunakan benang-benang yang keluar dari tubuhku. Sebentar lagi musim dingin tiba,” jelas Rara Si Laba-Laba.
Koko tercenung. Diam-diam dia kagum dengan Rara.
Sama seperti Koko, teman-teman Koko memuji baju hangat buatan Rara Si Laba-Laba. Mereka juga ingin dibuatkan baju hangat oleh Rara.
“Mana mungkin Rara mau. Kita sering menghinanya,” keluh Tika Katak sambil membetulkan letak bandonya.
“Padahal, kita sangat membutuhkan baju hangat,” sambung Anggi Katak. Kiti Katak hanya mengangguk-angguk mengiyakan.
“Teman-teman, lihat ini! Kejutan!” seru Rara Si Laba-Laba tiba-tiba. Wow, Rara membuatkan baju hangat berpita untuk Tika Katak yang centil, baju hangat berwarna cokelat muda untuk Anggi Katak yang kalem, serta baju hangat berkerah untuk Kiti Katak yang selalu rapi dan wangi. Bahkan, Rara juga membuatkan topi, syal, sarung tangan, dan kaos kaki untuk mereka semua.
“Maafkan kami, Rara!” kata Anggi Katak sambil mendekap baju hangat miliknya. Bagi Anggi, mata kecil Rara tak lagi menyeramkan.
“Maafkan kami juga!” kata Tika dan Kiti, malu. Lalu, mereka menyalami Rara.
Berkat baju hangat buatan Rara Si Laba-Laba, Koko Katak dan teman-temannya dapat belajar dan bermain dengan nyaman selama musim dingin.
Kita tidak perlu membalas keburukan dengan keburukan. Kebaikan yang terus-menerus kita tebarkan justru malah membuat orang lain simpati.