Sejak zaman dahulu, Donoloyo adalah sebuah hutan jati yang subur di Jawa Tengah. Banyak sekali burung betet dan ayam hutan yang cantik tinggal di sana. Para penduduk di sekitarnya mencari kayu bakar dari ranting-ranting kering yang berjatuhan. Mereka hidup cukup makmur karena hasil sawah cukup melimpah.
Hingga suatu hari, datanglah Pak Bringgo, seorang pengusaha kayu dari kota. Pak Bringgo membujuk para warga untuk menebang pohon dari hutan. Semula warga menolak, tetapi seorang warga yang bernama Tanto bersedia karena Pak Bringgo berani membayar mahal untuk satu batang pohon yang ditebang.
Melihat Tanto mendadak kaya raya dari hasil menebang pohon di hutan, warga pun akhirnya tergoda. Mereka mendatangi Pak Bringgo untuk ikut menebang hutan.
“Kalian boleh menebang pohon sebanyak mungkin. Aku akan membayarnya mahal,” kata Pak Bringgo.
“Sungguh, Pak? Mulai besok kami akan menebang pohon untuk Bapak.”
“Bukan itu saja. Kalau kalian menangkap ayam hutan dan burung betet, saya juga akan membelinya dengan harga mahal,” lanjut Pak Bringgo.
Warga pun senang mendengarnya. Akhirnya, mereka beramai-ramai menebang hutan, menangkap burung betet dan ayam hutan. Dalam waktu singkat, Hutan Donoloyo menjadi gundul dan tak lagi asri. Tak ada lagi kokok ayam hutan dan suara burung betet yang merdu.
Karena hasil hutan sudah tidak ada lagi, Pak Bringgo pun meninggalkan daerah itu, kembali ke kota dengan keuntungan yang melimpah.
Beberapa bulan kemudian, harta para penduduk dari hasil menebang pohon yang dijual ke Pak Bringgo pun segera habis untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Ketika musim kemarau tiba, sumur-sumur penduduk menjadi kering, dan udara sangat panas. Padahal, sejak zaman dahulu, kampung mereka tidak pernah kekeringan.
Sawah-sawah pun gagal panen karena tidak cukup air. Ranting-ranting untuk kayu bakar pun sangat sulit dicari. Hidup mereka menjadi susah. Hutan Donoloyo yang mereka banggakan kini menjadi gundul. Mereka sangat menyesali keserakahan yang mereka lakukan.
Akhirnya, seluruh penduduk kampung menyadari kesalahan mereka. Lalu, mereka bergotong-royong menanami kembali hutan Donoloyo meskipun akan perlu waktu yang lama untuk bisa mengembalikannya seperti semula. Namun demikian, mereka kini sudah menyadari pentingnya menjaga kelestarian lingkungan hutan.
Setelah Hutan Donoloyo kembali hijau, kini tak ada lagi penebangan liar di sana. Seluruh warga kampung saling bahu-membahu untuk menjaga kelestarian hutan.
Selamatkan hutan kita dari ancaman penebangan liar atau penggundulan. Mari selalu menjaga kelestarian lingkungan.