Di sebuah rumah di Jakarta, seorang anak kelas 6 SD bernama Evi malam itu sedang melamun di ruang keluarga. Besok lusa hari ulang tahunnya. Evi lalu tersenyum senyum sendiri.
“Kenapa senyum-senyum sendiri, Evi?” tanya Papanya heran. Mamanya juga ikut memperhatikan sikap Evi.
Evi tak langsung menjawab. Ia lalu mengambil tasnya. “Lihat, Pa, Ma, tas Evi talinya hampir putus. Ulang tahun ini Evi dibelikan tas saja, ya? Saat hari ulang tahun Evi ingin ke sekolah pakai tas baru,” pinta Evi penuh harap.
“Tentu saja boleh, Sayang,” jawab Papa.
“Hore, terima kasih, Pa, Ma,” Evi pun girang.
“Ya sudah. Papa-Mama kan sedang sibuk, jadi biar Evi sendiri saja besok yang beli tas barunya, ya?” kata Papanya kemudian sambil menyerahkan beberapa lembar uang kertas pada Evi. Evi pun melonjak kegirangan.
Esok paginya, Evi menjemput Ruri, teman sekelasnya untuk berangkat sekolah. Ruri tinggal bersama ibunya yang sehari-hari berjualan kue. Ayah Ruri sudah lama meninggal dunia.
Ruri muncul dengan wajah kusut seperti belum mandi.
“Lho, jam segini belum siap, Ruri?” Evi terheran-heran.
“Aku tidak bisa sekolah hari ini,” ujar Ruri dengan wajah sedih.
“Kenapa? Kamu sakit?” tanya Evi heran.
“Ibu yang sakit. Demam tinggi,” lirih Ruri. “Aku nitip surat izin untuk Pak Guru, ya?”
Evi pun mengangguk. Saat ia berjalan ke sekolahnya, ia memikirkan Ruri yang seorang diri menunggui ibunya yang sakit. Dari mana pula uang untuk biaya berobat?
Usai sekolah, Evi yang sebelumnya berencana ingin membeli tas baru di supermarket, ternyata langsung pulang. Diam-diam ia lalu sibuk mengerjakan sesuatu di kamarnya. Ilmu prakarya yang diajarkan Bu Guru Tika di kelas diterapkannya.
Esok paginya, saat hari ulang tahun Evi tiba, Papa dan Mamanya kaget melihat Evi ternyata tak mengenakan tas baru saat akan berangkat sekolah.
“Lho, Evi, katanya ulang tahun mau pakai tas baru ke sekolah?” tanya Papanya. Evi memang masih memakai tas lama, tapi talinya yang hampir putus tampak sudah dijahit.
“Maafkan Evi, Pa, Ma. Uang dari Papa kemarin tidak Evi belikan tas.”
“Terus?” Mamanya kali ini yang bertanya.
“Uang itu Evi berikan Ruri kemarin sore,” jawab Evi.
“Kenapa?” tanya Papanya.
“Ibunya Ruri sakit, perlu uang untuk berobat.” Evi lalu menceritakan kondisi Ibunya Ruri. “Tidak masalah Evi masih pakai tas yang lama. Ternyata bisa Evi jahit lagi dan masih layak pakai.”
Papa dan Mamanya terharu dan bangga. Putri mereka ternyata mau peduli menolong sahabatnya yang sedang kesulitan. *
Berbuat baik dan suka menolong terhadap sesama yang kesulitan adalah perbuatan yang mulia.