Di sebuah rumah sederhana di pinggiran Jakarta, Kania memandangi tumpukan bahan kain di lemari ibunya. Ibu Kania seorang penjahit. Ayah Kania sendiri sudah meninggal dunia.
Semakin hari, semakin banyak saja pelanggan jahitan ibu. Kemarin, ada pesanan seragam dari Tante Soraya. Biasanya, kalau ibu mendapat banyak pesanan jahitan, Kania selalu membantu. Dari menjahit kancing sampai memisahkan pola baju.
Nah, hari ini, Kania bingung. Besok lusa, ia akan ujian kenaikan kelas. Meskipun sudah mempersiapkan diri jauh hari, ia tetap khawatir. Kania takut kalau ia tidak bisa berkonsentrasi mengerjakan soal-soal ujian itu. Ia juga memikirkan pekerjaan ibunya. Seminggu ke depan, ibu pasti akan kewalahan. Sementara ia, harus belajar untuk ujian kenaikan kelas. Kania tetap ingin membantu ibu di sela-sela waktu belajar.
“Kamu sudah siap menghadapi ujian besok?” tanya ibu mengejutkan Kania.
“Insya Allah. Doakan Kania ya, Bu,” jawab Kania memandang kasihan pada wajah ibu yang lelah. “Iya, Ibu selalu mendoakanmu, Nak. Belajarlah yang giat,” pesan Ibu.
“Iya, Bu. Tapi, siapa yang akan membantu Ibu menyelesaikan pesanan jahitan?”
“Oh, kamu tidak usah memikirkan pekerjaan Ibu, Nak. Biar Ibu kerjakan sendiri. Tugasmu sekarang belajar supaya tidak gagal ujian,” balas ibu.
“Bukankah selama ini aku yang membantu Ibu?” tanya Kania belum puas.
“Iya, Ibu berterima kasih karena kamu sudah mau membantu Ibu. Ibu bangga sama kamu, Kania. Tapi, sekarang waktunya kamu konsentrasi belajar supaya siap dalam ujian nanti. Ibu akan lebih bangga kalau kamu berhasil naik kelas dengan nilai yang bagus,” ujar ibu melegakan hati Kania.
Kania pun kembali semangat belajar. Ia memilih belajar di ruang kerja ibu. Sesekali matanya melirik ke mesin jahit. Jika Kania sedang istirahat belajar, ia dengan sigap lalu membantu ibu memilihkan kancing-kancing yang akan dipakai untuk baju yang hampir selesai.
“Kamu memang anak yang pantang menyerah ya,” ujar ibu tersenyum melihat Kania berusaha keras menyisihkan waktu untuk membantu ibu.
“Ibu bangga padamu. Meski masih kecil, kamu sudah mengerti bertanggung jawab terhadap pendidikanmu sendiri. Kamu juga tetap berusaha berbakti kepada orangtua. Moga-moga besar nanti kamu bisa jadi anak yang berhasil ya, Kania,” ujar ibu sambil mengelus-elus rambut putri satu-satunya itu.
“Amiin, Bu,” balas Kania sambil memeluk ibu.
Kita harus selalu memprioritaskan pendidikan. Pendidikan adalah bekal terpenting bagi masa depan.
2 Mei selalu diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional. Tanggal tersebut juga merupakan hari kelahiran Ki Hadjar Dewantara, tokoh pelopor pendidikan di Indonesia.