AUDIO

Dokter Mel

Penulis: Fransisca Emilia


Mel sedang berlibur di rumah neneknya di kaki Gunung Sindoro, Wonosobo, Jawa Tengah. Pagi itu, Mel membantu nenek memasak di dapur. Nenek sedang memasak sup lezat kesukaan Mel.

“Auw!” teriak nenek.

“Kenapa, Nek? Terkena pisau, ya? Tunggu sebentar, Nek!” Mel berlari ke kamar dan membongkar ranselnya.

Tak lama, Mel kembali membawa sebuah kotak putih dengan lambang palang merah.

“Untung, Mel selalu membawa kotak P3K. Mel obati luka Nenek, ya.” Mel mengeluarkan obat dan perlengkapan dari kotak Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K) miliknya.

Mel membersihkan luka nenek, lalu memberi antiseptik agar tidak terjadi infeksi. Mel hendak membalut lukanya, tetapi neneknya menolak.

“Cukup, Mel! Luka Nenek kecil sekali, tak perlu diperban. Terima kasih ya, Sayang!” ujar Nenek sambil mengusap rambut panjang Mel.

“Yah… Mel, kan mau mempraktikkan keahlian Mel memberikan pertolongan pertama. Sudah dua bulan Mel menjadi dokter kecil. Namun, belum sekali pun mengobati luka sungguhan. Nenek pasien pertama Mel,” kata Mel kecewa.

Neneknya tertawa. “Yang kamu lakukan sudah bagus sekali, Mel. Luka nenek pasti cepat sembuh,” hibur nenek.

“Nek, Mel mau main ke luar, ya? Siapa tahu ada anak-anak terluka saat bermain.”

Nenek menganguk. “Nanti Nenek panggil kalau supnya sudah siap.”

Mel berjalan ke halaman rumah nenek. Tak lupa ia membawa kotak P3K-nya. Saat keluar pagar, Mel mendengar suara kucing yang lemah sekali. Suara mengeong itu seperti minta tolong. Mel mencari-cari asal suara itu.

Sepertinya suara itu dari semak mawar di depan pagar. Mel mendekat. Seekor anak kucing berwarna coklat ada di situ. Mata bulatnya memandang Mel penuh harap. Si kucing kecil mengeong terus.

Mel memeriksa anak kucing berbulu lembut itu. Ternyata, kakinya terluka dan tidak bisa berjalan. Mel mengangkat dan membawanya ke teras. Ia membersihkan, mengobati, dan membalut luka si anak kucing dengan hati-hati.

“Wah, Dokter Mel punya pasien baru rupanya.”Tiba-tiba nenek sudah berdiri di belakang Mel.

Mel tersenyum. “Kasihan anak kucing ini, Nek. Mel akan merawatnya sampai sembuh. Boleh, Nek?”

“Tentu saja boleh, Sayang,” jawab Nenek. “Ayo kita makan dahulu. Supnya sudah matang.”

Mel menggendong si anak kucing penuh kasih sayang. Dalam hati, ia berjanji akan menolong siapa pun yang memerlukan.

Menolong sesama adalah perbuatan yang sangat mulia.

8 Mei diperingati sebagai Hari Palang Merah Internasional di seluruh dunia. Asal mulanya, tanggal tersebut merupakan kelahiran Henry Dunant yang dikenal sebagai Bapak Palang Merah Dunia karena jasa-jasanya di bidang kemanusiaan.