AUDIO

Sehari Di Sungai Ciliwung

Penulis: Dyah Laksmi Nur Jannah


“Hei, jangan buang sampah sembarangan!” larang Dimas ketika ia melihat Aldi melempar bungkus permen ke selokan depan rumahnya. Dimas dan Aldi bersaudara sepupu. Keduanya sedang bersantai di depan rumah mereka yang berada di daerah pinggiran Jakarta.

“Ah, cuma sedikit kok, Kak,” balas Aldi santai. Matanya menatap bungkus permen yang hanyut terbawa air selokan. Aldi masih duduk di bangku kelas 5 SD. Sementara itu, Dimas sudah SMA kelas X.

“Aldi tahu, enggak? Apa akibatnya jika semua orang punya pendapat seperti Aldi?”

Aldi hanya mengangkat bahu.

“Kalau Aldi ingin tahu, Minggu besok, Aldi ikut Kakak, yuk! Kita akan jalan-jalan ke Sungai Ciliwung,” ajak Dimas.

“Wah asyik! Naik perahu ya, Kak?” seru Aldi bersemangat. Dimas tersenyum mengiyakan.

Minggu pagi, Aldi dan Dimas berangkat menuju Sungai Ciliwung yang alirannya membelah Ibu Kota Jakarta. Di sana, mereka bergabung dengan teman-teman Dimas, para siswa SMA anggota Komunitas Peduli Lingkungan. Mereka berencana membersihkan sungai dari tumpukan sampah.

Aldi tertegun memandangi air sungai yang kotor dan berwarna cokelat keruh. Puluhan kaleng, botol plastik, serta kantong plastik memenuhi permukaan air. Bahkan, ada sebuah kasur tersangkut di tepi sungai.

“Hei, jangan melamun,” tegur Dimas, “Ayo, bantu Kakak memungut sampah-sampah ini.”

“Ya Kak,” Aldi menceburkan dirinya ke sungai, lalu mulai mengambil sampah yang ada di dekatnya.

Dimas bercerita bahwa dahulu air Sungai Ciliwung sangat jernih. Ratusan jenis ikan, udang, dan kepiting menghuni sungai. Karena banyak orang membuang sampah ke sungai, air sungai menjadi kotor. Ikan-ikan tak mampu bertahan hidup. Saat ini, hanya beberapa jenis ikan, misalnya soro, beunteur, berot, senggal, gobi, hampala, dan sidat yang masih bisa dijumpai meski dalam jumlah sedikit.

“Sekarang Aldi tahu, Kak. Jika kita membuang sampah sembarangan, akan mencemari lingkungan. Akibatnya, banyak hewan dan tumbuhan akan mati,” ujar Aldi setelah mendengar cerita Dimas.

“Ya, kita harus berbuat sesuatu untuk mencegahnya,” tanggap Dimas. Lalu, ia berkata lagi, “Nah, karena Aldi telah membantu Kakak, setelah ini kita akan menyusuri sungai dengan perahu karet.” “Hore!” Aldi melonjak gembira.

Di perahu karet, Aldi memandangi aneka jenis tumbuhan yang berjajar di tepi sungai. Aldi berjanji tidak akan membuang sampah sembarangan lagi. Ia ingin turut melestarikan lingkungan agar makhluk hidup di sekitarnya tidak punah.

Jagalah dan lestarikan lingkungan alam di sekitar kita agar keanekaragaman hayati tidak punah.

Tanggal 22 Mei, dunia memperingati Hari Keanekaragaman Hayati Internasional sebagai salah satu hari lingkungan hidup yang bertujuan untuk menumbuhkembangkan kecintaan seluruh penduduk bumi terhadap keanekaragaman hayati.