“Anak-anak, besok kita akan belajar mengenai profesi. Tugas kalian menulis tentang pekerjaan orangtua masing-masing dan ceritakan di depan kelas,” kata ibu guru sebelum mengakhiri pelajaran.
Risti mengemasi tasnya, lalu keluar bersama kedua sahabatnya. Mereka bercerita mengenai tugas yang diberikan ibu guru.
“Papaku dokter puskesmas. Aku akan menceritakan bagaimana papa mengobati orang-orang yang sakit,” kata Aruna.
“Ayahku seorang fotografer alam liar. Ayah memotret satwa-satwa langka dari hutan seluruh Indonesia,” timpal Kania.
“Apa profesi ayahmu, Risti?” tanya Aruna.
“E…e… Bapakku bekerja di PT Kereta Api Indonesia,” jawab Risti tergagap.
“Wah, kamu sering naik kereta gratis, dong?” tanya Aruna lagi.
Risti diam saja. Wajahnya memerah. Bapaknya penjaga pos perlintasan kereta api. Tugasnya hanya menutup palang saat kereta melintas. Tak ada yang istimewa.
Sepulang sekolah, Risti mengantar makan siang ke pos penjagaan. Bapak tersenyum menyambutnya. Bapak belum sempat makan ketika sirene berbunyi. Pertanda kereta api akan melewati perlintasan.
Palang perlintasan menutup perlahan secara otomatis. Bapak keluar dari pos mengawasi pengendara yang lewat. Palang baru setengah tertutup ketika seorang pengendara motor berusaha menerobos.
Bapak berusaha mencegahnya. Pria pengendara itu justru marah dan memaki dengan ucapan kasar.
Bapak tetap bertahan. Tanpa diduga, pengendara itu menendang bapak hingga terjatuh, lalu melaju melintas rel kereta api. Risti menjerit melihat bapak terduduk di jalan.
Tiba-tiba sepeda motor si pengendara macet saat melintas di tengah rel. Di kejauhan, kereta sudah terlihat. Pria itu panik, berusaha menyalakan mesin sepeda motor, tetapi tidak bisa.
Bapak cepat-cepat berlari, menarik pria itu turun dari sepeda motor dan menjauh. Sepeda motor roboh di atas rel. Kereta semakin dekat. Bapak berbalik kembali ke rel kereta. Seorang diri, bapak menarik motor sementara pemiliknya hanya berdiri kebingungan.
Kereta melintas tepat saat bapak berhasil menarik sepeda motor keluar dari rel. Palang perlintasan perlahan membuka kembali. Beberapa pengendara yang berhenti di belakang palang membantu bapak.
Si penerobos tak henti-hentinya meminta maaf dan berterima kasih pada bapak. Tetap tersenyum, bapak mempersilakan si penerobos dan pengendara lain melanjutkan perjalanan.
Risti menangis dan memeluk bapak erat-erat. Ternyata bapak seorang pahlawan. Pekerjaan bapak sangat mulia. Besok, di kelas ia akan berkisah tentang profesi bapaknya dengan bangga.
Semua profesi yang tidak merugikan orang lain atau merusak lingkungan merupakan pekerjaan mulia asalkan dijalani dengan baik dan ikhlas. Mari kita hargai jerih payah kedua orangtua kita yang telah bersusah-payah mendidik, merawat, dan membesarkan kita.