AUDIO

Nayla Tidak Takut Lagi

Penulis: Karunia Sylviany Sambas


Suatu hari dalam sebuah keluarga kecil di Asahan, Sumatera Utara.

“Yah, Bu. Hari ini Azi dan teman-teman ada diskusi kelompok. Kami akan mengadakan bakti sosial hari Minggu depan. Azi izin, ya, Yah, Bu,” pamit Bang Azi.

“Wah, bagus itu, Zi. Bakti sosial kegiatan apa?” puji Ayah.

“Donor darah, Yah,” jawab Bang Azi.

“Bang Azi tidak takut disuntik untuk donor?” tanya Nayla.

“Tentu tidak! Kan, Abang sudah kelas 3 SMA,” jawab Bang Azi.

“Kenapa Nayla tanya seperti itu? Nayla takut jarum suntik, ya?” tanya Ibu.

Nayla mengangguk.

“Kenapa harus takut, Dek? Disuntik itu cuma kayak digigit semut aja, kok,” tambah Bang Azi.

Nayla bergidik. “Iya. Kayak digigit semut rame-rame, kan, Bang?”

Ayah, Ibu, dan Bang Azi tidak dapat menahan tawa mendengar celotehan Nayla.

“Oh ya, Nayla mau ikut ke ladang hari ini? Ayah mau membabat rumput-rumput liar.”

Nayla berpikir sejenak. Kemudian, ia mengangguk.

Dalam perjalanan menuju ladang, terjadi sebuah kecelakaan! Sebuah sepeda motor tertabrak sebuah truk ketika si pengendara sepeda motor mencoba menyalip. Ketika Ayah dan Nayla mendekat, ternyata korbannya adalah Bang Rio, abangnya Sinta, teman Nayla.

Ayah segera menelepon pihak rumah sakit tempatnya bekerja. Tidak berapa lama sebuah ambulans tiba. Bang Rio segera dibawa menuju rumah sakit.

Bang Rio butuh donor darah secepatnya. Untunglah persediaan darah sesuai golongan darah Bang Rio tersedia di rumah sakit tersebut.

“Alhamdulillah. Orang yang mendonorkan darahnya tersebut pasti akan mendapat pahala yang besar karena ia sudah menolong orang lain,” jelas Ayah.

Nayla hanya mendengarkan ucapan ayahnya. Ia tahu bahwa darah sangat dibutuhkan oleh tubuh. Kalau sampai tidak ada tambahan darah, nyawa seseorang yang membutuhkan tidak akan tertolong.

“Kalau darah kita diambil, kita tidak kekurangan darah, Yah?” tanya Nayla.



“Tentu tidak, sayang. Dengan melakukan donor, tubuh kita akan tambah sehat karena darah lama berganti dengan darah baru.” Nayla manggut-manggut. Ia paham sekarang. Itu sebabnya Bang Azi dan teman-temannya melakukan kegiatan bakti sosial donor darah. Tindakan mereka sangat mulia karena sudah membantu menyelamatkan nyawa orang lain.

“Yah, kalau sudah besar nanti, Nayla janji akan menyumbangkan darah juga!”

“Tidak takut jarum suntik lagi, nih?” goda Ayah.

Nayla menggeleng kuat-kuat. Hatinya sudah mantap. Peduli untuk membantu menyelamatkan sesama sudah berhasil mengusir rasa takutnya.

Mendonorkan darah adalah perbuatan yang sangat mulia. Dengan darah yang kita sumbangkan, nyawa orang lain terselamatkan. Kita pun menjadi sehat dengan mendonorkan darah.

14 Juni diperingati sebagai Hari Donor Darah Sedunia. Tujuannya, menarik sukarelawan baru dalam mendonorkan darah dan juga sebagai penghargaan kepada semua pendonor darah di seluruh dunia yang secara rutin mendonorkan darah setiap 3 bulan sekali.