“Hei, anak ondel-ondel! Nanti saat Ultah Jakarta jangan lupa hibur kami, ya?” ejek teman-teman Odil di dalam kelas.
Odil tidak pernah marah ketika teman-teman sekelasnya mengejek dirinya dengan sebutan “Si Anak Ondel-ondel”. Ia sudah terbiasa.
Ternyata, sikap Odil itu membuat Tiana kagum. Tiana adalah anak baru di kelas Odil.
“Kamu, kok diejek teman-teman kamu diam saja, Dil?” ujar Tiana saat jam istirahat sekolah berbunyi.
“Buat apa marah? Kan, memang aku ini anak ondel-ondel!” tukas Odil mantap.
“Maksud kamu, Dil? Benar kamu anak dari boneka yang menyeramkan itu?” tanya Tiana bingung.
“Ha-ha-ha…” Kali ini Odil tertawa ketika mendengar ucapan Tiana.
“Kalau kamu tidak percaya aku ini anak ondel-ondel, besok aku ajak ke rumahku sepulang sekolah agar kamu tahu,” tawar Odil pada Tiana.
“Benarkah, Dil?” ujar Tiana.
Benar saja. Keesokan harinya, sepulang sekolah Odil mengajak Tiana ke rumahnya yang berada di pinggiran kota Jakarta. Saat tiba di rumah Odil, betapa terkejutnya Tiana. Ia melihat banyaknya boneka raksasa yang terbuat dari anyaman bambu itu berjejer di perkarangan rumah Odil.
“Tiana, perkenalkan, ini Ayahku! Beliau yang membuat ondel-ondel ini semuanya,” kata Odil saat seorang pria paruh baya menghampiri Odil dan Tia.
“Iya, saya ayahnya Odil,” ucap Ayah Odil seusai mengenalkan diri.
“Tiana,” jawab Tiana malu-malu.
Lalu, Odil mengajak Tia melihat-lihat pembuatan ondel-ondel di pekarangan samping rumah.
“Aku juga kadang-kadang membantu ayah membuat ondel-ondel, Tiana. Saat menjelang HUT Jakarta seperti sekarang ini, ayahku banyak pesanan membuat ondel-ondel. Aku membantu ayah menyusun rangka bambunya. Aku juga sering membantu menghias ondel-ondel buatan Ayah. Aku senang bisa membantu Ayah membuat ondel-ondel. Aku jadi bisa bantu melestarikan budaya Jakarta, kota kelahiranku sendiri,” ujar Odil panjang lebar.
“Wow, aku bangga, lho, dengan kamu. Seusia kamu sudah pandai mencintai budaya sendiri. Beda dengan anak-anak yang lainnya,” tutur Tiana.
“Habis, kalau bukan kita siapa lagi, Tiana? Apalagi, Ayahku sudah memberikan pesan kepadaku. Jika besar nanti, aku diminta menjaga warisan budaya ondel-ondel ini agar tidak punah. Jadi kata Ayah, aku boleh bekerja di bidang apa pun nantinya, tetapi tetap harus jaga kelestarian budaya ondel-ondel ini. Makanya, aku sering ikut membantu Ayah membuat ondel-ondel biar nanti juga bisa membuatnya sendiri, Tiana,” kata Odil lagi.
“Hmm, hebat, kamu, Dil! Jadi, aku tidak salah, dong berteman sama kamu,” celetuk Tiana.
“Ah, kamu bisa saja, Tiana.”
Akhirnya, Tiana asyik larut melihat ayahnya Odil, yang dibantu Odil, kemudian sibuk membuat ondel-ondel di perkarangan rumah. Bahkan, Tiana ikut membantu Odil merias ondel-ondel yang sudah hampir jadi. Sungguh sebuah pengalaman berkesan untuk Tiana.
Mari kita bersama-sama mencintai dan menjaga semua warisan budaya Tanah Air kita.
Setiap tahun, 22 Juni diperingati sebagai Hari Ulang Tahun Kota Jakarta.