AUDIO

Aku Bangga pada Ayah

Penulis: Kang Acep


Pagi-pagi sekali di hutan Wonosadi, Gunung Kidul, Yogyakarta, ayam- ayam sudah ramai berkokok. Bersahut-sahutan. Ada yang terdengar merdu dengan suara yang melengking tinggi dan panjang. Ada yang bersuara rendah, berat, dan pendek. Ada yang tertawa mirip manusia. Tak sedikit juga yang fals.

Tak jauh dari suara kukuruyuk ayam, di salah sudut hutan, tampak seekor anak ayam kampung berjalan sendiri.

“Ayahku, termasuk yang bersuara fals,” bisik anak ayam kampung.

Anak ayam yang berbulu hitam itu tak mau bermain dengan teman-temannya. Ia malu punya ayah yang biasa-biasa saja.

“Ayahku, hebat lagi. Kemarin juara 1 lomba ketawa,” seru anak ayam ketawa. Ayam asli Sulawesi Selatan ini memang unik. Suaranya mirip ketawa manusia. Tak heran sering dilombakan.

Lain lagi dengan anak ayam pelung. Anak ayam ini sangat membanggakan ayahnya. Selain tubuhnya besar, kalau berkokok, suaranya panjang sekali. Saat berkokok, lehernya dapat melengkung ke bawah.

Anak ayam kampung itu terus berjalan dengan sedih. Namun, tak lama kemudian, ia mendengar suara teriakan minta tolong. Ia segera berlari. Sungguh hampir tak dapat dipercaya. Ayahnya berhadapan dengan tikus besar. Tikus besar itu dipatuknya hingga lari terbirit-birit. Anak-anak ayam bangkok itu berterima kasih kepada ayah ayam kampung.

“Terima kasih ya, Pak. Hampir saja kami digigit tikus besar itu,” kata anak-anak ayam bangkok

“Ya, lain kali hati-hati. Namun, bagaimana ceritanya sampai mau digigit tikus?” selidik ayah ayam kampung.

“Ya, kami kira tadi cacing, lalu kami patuk. Eh, ternyata ekor tikus, he-he-he,” jawab anak ayam bangkok malu.

Anak ayam kampung itu tersenyum bangga. “Ayahku hebat. Ia menyelamatkan teman-temanku,” bisiknya sambil memeluk ayahnya.

Kini, anak ayam kampung itu sadar. Ayahnya memang tidak pandai bertarung. Suaranya biasa-biasa saja. Namun, ayahnya itu baik hati. Ayah suka menolong sesama. Yang pasti, ayah juga sangat sayang kepada dirinya.

Setiap makhluk Tuhan punya kekurangan dan juga kelebihan masing-masing. Bangga, hormati, dan sayangilah kedua orangtua kita tanpa harus membandingkannya dengan orangtua lain.