AUDIO

Baju Lebaran buat Ismi

Penulis: F Adriani


Di sebuah sekolah dasar negeri di Jakarta, pagi itu teman-teman Ismi berkumpul di meja Rika. Mereka sibuk membicarakan baju baru untuk Lebaran.

“Bajuku ada empat. Semuanya model terbaru,” pamer Kiki.

Rika tak mau kalah. “Kalau aku, sih, sudah punya lima. Mungkin bakal tambah lagi.”

“Kalau bajuku, ada tiga. Tapi, semuanya dikirim tanteku dari Malaysia,” timpal Desi pula.

Ismi hanya tertunduk sedih. Teman-teman sungguh beruntung, batinnya. Sementara dirinya, tak akan punya baju baru pada Lebaran besok. Ibunya yang seorang penjual kerupuk di pasar, tak punya cukup dana untuk membelikan baju baru. Sedangkan ayahnya Ismi, belum lama ini meninggal dunia.

Ismi lalu ingat kata-kata ibunya beberapa hari lalu. “Ismi, Ibu minta maaf… Lebaran besok, kamu pakai baju Lebaran yang tahun lalu saja, ya? Masih muat, kan?”

Saat itu, Ismi yang sedang mengerjakan PR Matematika di kamar hanya bisa mengangguk.

Pada keesokan hari, Ismi pulang sekolah dengan tubuh dibasahi peluh. Mentari memang bersinar sangat terik. Ismi ingin sekali meneguk habis air dingin di kulkas. Tapi, ia, kan, masih puasa.

“Assalamualaikum,” ucap Ismi sambil melepas sepatu.

“Waalaikumsalam,” Ibu menyambut dengan senyum hangat.

Setelah mencium tangan ibu, Ismi langsung menuju kamar.

Alangkah terkejutnya Ismi ketika melihat sebuah baju Muslim warna biru yang tampak seperti masih baru terbentang di atas tempat tidur.

Seketika Ismi tersadar, itu adalah baju Lebaran tahun lalu! Namun, ada yang berbeda. Di bagian leher dan dada baju itu, ada hiasan bunga dan manik-manik berwarna-warni. Ada pula tambahan pita di bagian pinggang, membuat baju semakin cantik.

Ismi seketika lupa dengan rasa haus dan lelah melihat baju itu. Ia pun langsung memeluk ibunya yang menunggu di ambang pintu dengan erat.

“Terima kasih, Bu!” ucapnya.

“Sama-sama, Nak,” ibu mengelus kepala Ismi lembut.

Ismi senang sekali. Walaupun itu baju Lebaran tahun lalu, ibu bisa membuatnya jadi terlihat baru dan istimewa.

Satu hal lagi, Ismi jadi semakin menyadari betapa ibu sangat mengasihi dan menyayangi dirinya. Itu jauh lebih berharga ketimbang sekadar dibelikan baju Lebaran baru. Dalam hati, Ismi pun berjanji untuk menjadi anak baik, selalu sayang, dan berbakti pada ibu. Ia tidak ingin mengecewakan ibu.

Lebaran tak harus selalu dirayakan dengan baju baru atau sepatu baru. Hal utama pada hari Lebaran adalah sungkem meminta maaf kepada orangtua dan meningkatkan bakti dan cinta kepada mereka.