Siang itu, di sebuah rumah di Kota Pasuran, Jawa Timur, seorang anak perempuan bernama Rita memegang celengan ayam tanah liat di kamar. Ia berpikir, mau dibelikan apa uang hasil tabungannya untuk Lebaran besok lusa.
Mau beli baju lebaran baru? Mama sudah membelikannya dua potong mingggu lalu. Sepatu baru? Papa sudah membelikannya kemarin. Ya, Rita jadi bingung, padahal ia sengaja menabung di celengan agar bisa membeli sesuatu untuk menyambut Lebaran kali ini.
Tiba-tiba sesuatu hal menarik perhatian Rita. Dari jendela kamar yang terbuka setengah, ia melihat seorang nenek tua dan seorang anak perempuan kecil. Mereka baru saja duduk berteduh di bawah pohon mangga depan rumah Rita. Saat itu, cuaca sedang panas-panasnya.
Penampilan nenek dan anak perempuan kecil itu tampak lusuh. Mereka berdua membawa dua karung yang hampir terisi penuh oleh botol plastik bekas.
Rita terus mengamati mereka. Tiba-tiba si anak perempuan kecil berkata pada si nenek.
“Nek, kapan aku dibelikan baju lebaran? Sudah bertahun-tahun nih enggak pakai baju lebaran baru. Terakhir tiga tahun lalu, saat bapak dan ibu masih hidup, aku dibelikan baju lebaran. Setelah itu, sudah tak pernah lagi.”
“Nanti ya, Cu kalau botol-botol plastik bekas ini sudah Nenek tukarkan dengan uang di lapak. Mudah-mudahan cukup buat beli baju lebaran kamu,” ujar si nenek.
Anak perempuan kecil itu pun hanya mengangguk-angguk.
Rita tercekat mendengar semua itu.
Sejenak Rita lalu memandangi celengan ayam yang masih dipegangnya. Kini, ia menjadi tahu apa yang harus dilakukan dengan tabungannya.
Rita segera berlari ke dapur, lalu membongkar celengan dengan pisau. Uang-uang logam dan kertas pun mulai berjatuhan di meja dapur. Rita lalu memasukkan seluruh uang dari celengan ke kantung kresek hitam.
“Loh, Rita. Mau diapakan uang dari celengan kamu?” tanya mamanya yang baru masuk ke dapur.
“Nanti ya, Ma, Rita jelaskan. Rita mau keluar rumah sebentar.”
Lalu, Rita berjalan ke luar rumah dan menemui si nenek dan cucunya.
“Nek, ini ada sedikit uang untuk membeli baju Lebaran buat cucu Nenek. Juga buat membeli makanan sehari-hari,” kata Rita kemudian.
Si Nenek yang terkejut dengan kehadiran Rita lalu berkata, “Terima kasih, Nak. Semoga Tuhan membalas kebaikanmu.”
Dari balik kaca jendela di ruang tamu, Mamanya Rita melihat semuanya. Mama tersenyum bangga, putrinya itu bisa memaknai Hari Lebaran dengan semangat berbagi pada sesama.
Membantu kaum yang lemah adalah perilaku yang sangat terpuji. Momen Hari Raya Lebaran juga bisa kita isi dengan semangat berbagi kepada sesama.