“Pulangnya jalan kaki saja nanti, Beng,” ujar Bunda sambil memasukkan bekal ke dalam tas Abeng. “Kalau kamu jalan kaki, pasti sudah sampai rumah duluan daripada lama menunggu mobil jemputan.”
“Jalan kaki capai, Bunda,” jawab Abeng. Ia lalu berpamitan kepada bundanya.
Abeng bersama ayah dan bunda memang baru pindah ke Samboja, Kalimantan Timur. Ayah Abeng pindah tugas ke daerah pinggir hutan tersebut.
Saat berangkat dan pulang sekolah, Abeng selalu naik mobil antar-jemput. Tak ada angkutan umum yang melalui rumahnya.
Dan siang ini, sehabis pulang sekolah Abeng menunggu mobil jemputan datang. Ia membaca buku cerita di bawah pohon mangga di halaman sekolah. Namun, angin semilir membuatnya mengantuk dan tertidur.
“Brum… brum…” Abeng menggeragap. Mobil jemputan ternyata sudah berhenti di depan sekolah! Buru-buru Abeng memasukkan buku cerita ke dalam tas, lalu berlari keluar halaman.
“Tunggu…!” kata Abeng. Namun, mobil jemputan sudah melaju meninggalkannya. Rupanya, sopir mobil mengira Abeng sudah pulang.
Abeng langsung lemas. Terpaksa ia harus pulang jalan kaki, padahal jalannya jauh dan berbukit-bukit.
Baru melewati tanjakan pertama, Abeng sudah terengah-engah. Ia pun beristirahat di depan sebuah rumah.
“Abeng! Sedang apa di sini?” Seorang anak laki-laki seusianya keluar dari rumah itu. Tangannya memegang layang-layang berbentuk ikan.
“Eh… Dudi! Ini rumahmu?” tanya Abeng terkejut. “Aku ketinggalan mobil jemputan.” Dudi adalah teman sekelas Abeng di sekolah.
“Ayo, kutemani jalan,” ajak Dudi. “Aku mau main layang-layang di lapangan dekat rumahmu. Tiap hari aku main di sana. Teman-teman yang lain juga suka ke sana.”
“Benarkah? Kamu tidak capai jalan ke lapangan setiap hari?” Abeng merasa heran.
Dudi tertawa. “Sudah biasa kok. Kadang-kadang kami berenang di sungai. Tidak capai, malah badan jadi sehat dan bugar. Memangnya kamu jarang main keluar rumah, ya?”
”Dahulu aku tinggal di kota, Dudi. Aku jarang main keluar rumah. Aku lebih suka membaca buku atau bermain komputer di rumah. Kalau jalan-jalan pun, selalu diantar ayah pakai mobil.”
“Pantas saja badanmu gemuk sehingga gampang lelah,” canda Dudi.
Abeng tersipu. Ayah dan Bunda sebenarnya sering mengajaknya berolahraga, tapi ia malas. “Bolehkah aku ikut bermain bersama kalian?” kata Abeng kemudian.
“Tentu saja! Kujamin, dalam waktu sebentar badan kamu akan kekar dan sehat sepertiku,” jawab Dudi sambil memamerkan lengan kerempengnya. Mereka berdua tertawa bersama.
Aktif bergerak dan berolahraga membuat badan sehat dan bugar. Dengan tubuh sehat, kita bisa beraktivitas apa pun dengan maksimal.