AUDIO

Bermain Bersama Penyu

Penulis: Dyah Laksmi Nur Jannah


Minggu pagi ini, Fani sangat gembira. Ayah dan ibu mengajaknya berwisata ke Pantai Pangumbahan, Sukabumi, Jawa Barat.

Siang hari, mobil yang ayah kendarai tiba di kawasan Pantai Pangumbahan.

“Hore, sampai!” seru Fani senang. Ia bergegas ke pantai untuk membuat istana pasir.

Setelah Fani puas bermain istana pasir, menjelang sore ayah dan ibu mengajak Fani menuju kawasan konservasi penyu di pantai itu.

“Lihat Bu, ada penyu raksasa!” Fani menunjuk patung seekor penyu berukuran besar yang bertengger di atap bangunan.

Pak Beben, petugas konservasi, menyambut kedatangan Fani dan orangtuanya dengan ramah. Mereka langsung diantar melihat-lihat ruang penetasan telur penyu. Di ruang penetasan, setiap butir telur penyu dilindungi jaring-jaring kawat.

“Kenapa diberi jaring, Pak?” tanya Fani.

“Supaya setelah menetas, anak penyu tidak pergi ke mana-mana,” jelas Pak Beben. Fani pun mengangguk.

“Apakah Adik mau ikut melepas tukik ke laut?” tanya Pak Beben, “Sebentar lagi kita akan mengadakan pelepasan tukik.”

“Mau, Pak,” sahut Fani, “Tapi, tukik itu apa ya?”

Lalu, Pak Beben menjelaskan, tukik adalah bayi penyu. Setiap sore, tukik akan dilepas di pantai agar berjalan menuju laut. Setelah dewasa, penyu akan kembali ke pantai untuk bertelur. Pak Beben dan teman-temannya mengumpulkan telur itu untuk ditetaskan. Mereka merawat telur dan bayi penyu karena ingin melestarikan penyu agar tidak punah. Selama ini, banyak orang memburu penyu untuk diambil cangkang, daging, dan telurnya.

“Oh, ternyata penyu banyak diburu, ya, Pak? Kasihan sekali, ya” ujar Fani.

“Ya, karena itu kita harus melindungi mereka,” lanjut Pak Beben, “Ayo, sekarang kita ke pantai untuk melepas tukik.”

Ketika Fani sampai di pantai, beberapa pengunjung mulai berbaris berderet sepanjang pantai. Seorang petugas membawa ember besar berisi tukik-tukik, lalu membagikan tukik itu kepada pengunjung. Fani pun ikut berbaris dan menerima seekor tukik yang dipegangnya dengan hati-hati.

Setelah semua pengunjung memegang tukik, Pak Beben memberi komando untuk melepas tukik. Fani dan pengunjung yang lain serentak melepas tukik di pasir pantai.

Fani tertawa ketika melihat tukik-tukik berlari menuju laut, “Lihat, Ayah! Tukik yang kulepas sudah sampai di laut.”

Lalu, Fani memandang ayahnya, “Jika besar nanti, Fani ingin seperti Pak Beben melestarikan penyu-penyu itu.”

“Cita-citamu mulia, Fani, Ayah bangga padamu,” ucap ayah tersenyum.

Mari kita lindungi dan lestarikan puspa dan satwa di Indonesia dari ancaman kepunahan.