Deden dan kedua orangtuanya sudah lama tinggal dan hidup di bantaran sungai Ciliwung, Jakarta. Puluhan rumah tetangga Deden juga berjajar di sepanjang bantaran sungai itu. Mereka menggunakan air sungai untuk mencuci dan mandi. Mereka juga membuang sampah ke sungai itu.
Deden dan teman-temannya sering menghabiskan waktu bermain sambil berenang di sungai. Suatu hari, Deden merasakan sekujur tubuhnya gatal dan panas. Semakin digaruk malah semakin meluas rasa gatalnya, bahkan kulit jadi melepuh.
“Aduuuh...! Sakit sekali rasanya, Ayah!” keluh Deden.
Ayah dan Deden lalu memutuskan untuk mencari obat bagi penyakit kulit tersebut. Di persimpangan jalan, Deden dan ayahnya dihampiri oleh seorang laki-laki tua. Melihat kulit Deden yang memerah, ia pun berkata.
“Sebaiknya kalian menuju ke perkampungan pinggir sungai di sebelah sana. Carilah Pak Yusuf. Dia punya ramuan obat tumbuh-tumbuhan yang ampuh,” ujar laki-laki tua itu.
Deden dan ayahnya akhirnya tiba perkampungan pinggir sungai Ciliwung di daerah Condet. “Lihat, Ayah! Air sungainya jernih!” seru Deden melihat aliran air sungai yang tampak bersih dan bening.
Benar saja, tak satu sampah pun yang mengambang di atas sungai. Bantaran sungai juga asri karena ditanami beragam pohon. Padahal dahulunya, sungai dan perkampungan di daerah ini sama kotornya dengan tempat Deden tinggal. Rupanya setahun terakhir, warga telah mengubah lingkungan perkampungan menjadi bersih.
Deden dan ayahnya mencari rumah Pak Yusuf, yang disebut orang tua tadi.
“Apa yang bisa saya bantu?” kata Pak Yusuf kepada Deden dan ayahnya.
“Anak saya terserang penyakit kulit. Kami dengar, Bapak punya ramuan obat tumbuh-tumbuhan yang mujarab,” jawab ayah Deden. Pak Yusuf lalu mengambil sesuatu dari lemari yang ada di ruang tamu.
“Pakailah racikan ini. Terbuat dari tanaman obat yang kami tanam di pinggiran sungai. Dalam beberapa hari, kulit yang sakit akan sembuh,” ujar Pak Yusuf.
Pak Yusuf kemudian mengajarkan ayah dan Deden bagaimana cara menjaga sumber air agar tetap bersih dan sehat. Walaupun Pak Yusuf dan tetangganya hidup di bantaran sungai, kebersihan air sungai tetap terjaga. Mereka tidak pernah sekali pun membuang sampah ke sungai. Mereka tidak pernah mencuci di sungai, apalagi mandi di sana. Sanitasi di pemukiman itu selalu dirawat secara berkala. Mereka selalu bergotong royong untuk membersihkan bantaran sungai.