AUDIO

Perlombaan di Tepi Pantai

Penulis: Tyas KW


Dani sedang berlibur di rumah kakek di Yogyakarta. Sepupunya, Jarot, juga ikut berlibur di sana.

Hari ini, Dani ingin pergi ke pantai. Sore hari, Dani dan Jarot diantar ayah Dani pergi ke salah satu pantai di daerah Gunung Kidul, Yogyakarta. Pasirnya berwarna putih. Air lautnya bening. Indah sekali. Pantai ini ramai dipenuhi pengunjung. “Dani, itu tempat sampahnya,” ujar ayah. “Sampah plastiknya dimasukkan ke dalam tong sampah, ya!” Dani mengangguk. Ia juga suka lingkungan yang bersih.

Dani lalu mengajak Jarot ke tepi pantai. Tak lama kemudian, ia dan Jarot sudah berlari-lari dan bermain air. Sungguh menyenangkan.

Tiba-tiba kaki Dani terjerat kantong plastik. Ia terjerembab. Byuurr… Dani basah kuyup. Dani mengernyitkan dahi. Ia tidak suka ada sampah plastik di laut. Minggu lalu, ia membaca tentang sampah plastik yang menyebabkan ikan-ikan mati. Bahkan, penyu pun bisa mati bila tidak sengaja menelan plastik.

Dani lalu mengamati tepian pantai di hadapannya. Aduh, ternyata ada juga botol minuman plastik dibuang di pantai. Plastik itu bisa terbawa ombak ke tengah laut. Itu akan menyebabkan polusi di laut. Polusi dapat membuat ikan-ikan sakit.

Dani tidak mau plastik itu mengganggu kehidupan ikan di laut. Ia ingin pantainya tetap bersih. Aha! Dani dapat ide.

“Jarot, ayo kita lomba pungut plastik,” ajak Dani.

“Untuk apa?” ujar Jarot.

“Supaya pantainya bersih, lautnya jadi sehat, dan kita juga sehat. Berlari itu olahraga. Jadi, kita berolahraga sambil menjaga kebersihan lingkungan,” ucap Dani.

Jarot lalu segera lari memunguti sampah. Ia ingin mengungguli Dani dalam lomba ini.

Dani mengingatkan, “Eit, tunggu dulu! Kita ambil sarung tangan. Ayah selalu membawa beberapa pasang.”

Tak lama kemudian, Dani dan Jarot sudah berlomba-lomba mencari plastik yang ada di pantai itu. Sesekali Dani mengejar plastik yang terbawa ombak. Seru sekali mengejar plastik yang terbawa ombak. Ayah pun ikut terjun ke pinggir pantai. Mereka berburu sampah plastik sambil bermain air.

Dan, akhirnya di bagian pantai tempat Dani, ayahnya, dan Jarot berlomba memburu sampah plastik, menjadi bersih sama sekali dari sampah plastik. Dani tersenyum puas. Ia capai, tetapi senang. Pantainya jadi bebas sampah plastik. “Wah, pantainya sudah bersih,” ucap Dani gembira.

“Bagus sekali. Lingkungan yang bersih membuat hidup kita sehat,” ayah mengacungkan ibu jarinya.

“Ikannya juga jadi sehat,” timpal Dani. “Kita bisa makan ikan yang sehat.”

Ayah tertawa. Ayah tahu, Dani mulai lapar. Kemudian, ayah mengajak Dani dan Jarot untuk makan di restoran ikan bakar di ujung pantai. Duh, nikmatnya…

Mari kita bersama-sama peduli menjaga lingkungan hidup di sekitar.