Riri, si ayam kecil, dan ibunya tinggal di dekat Pasar Woma, Kota Wamena, Lembah Baliem, Papua. Sejak pagi, cuaca di seluruh pedalaman Lembah Baliem hujan turun sangat lebat.
Riri berjalan ke jendela dan menempelkan hidungnya di kaca. Di jalan sekitar rumahnya, anak-anak itik terlihat asyik bermain hujan. Mereka meloncat-loncat dan jungkir balik dalam genangan air sehingga air berpercikan ke mana-mana.
“Ibu, bolehkah aku keluar bermain hujan?” tanya Riri.
“Jangan,” kata Ibu. “Air hujan tidak bagus untuk keluarga Ayam. Di samping itu, jalanan sangat licin. Kamu bisa terpeleset masuk kubangan.”
Riri cemberut. Ia hanya berdiri saja di balik jendela. Tiba-tiba sebuah ide muncul, “Aku kan bisa diam-diam menyelinap ke luar dan masuk lagi tanpa diketahui Ibu,” Riri berkata pelan.
Saat ibunya lengah, Riri keluar melalui pintu dengan sangat pelan.
Riri merasakan titik pertama air hujan jatuh mengenai pipinya. Tak lama kemudian, ia sudah basah kuyup. “Yuhuiii!” Teriaknya sambil meloncat-loncat dan berguling-guling di genangan air. Lalu, ia berlari bergabung dengan anak-anak itik.
Riri bersama anak-anak itik bernyanyi-nyanyi, “Tik, tik, tik, bunyi hujan....”
Riri benar-benar bersuka ria.
Tapi... 15 menit kemudian. Brrrr!!! Dingin sekali! Riri merasakan bulu-bulunya menciut dan berat. Alih-alih membuat segar seperti bayangannya selama ini, ternyata air hujan membuatnya kedinginan!
Riri segera masuk ke rumah, air hujan mengalir dari bulu-bulunya yang basah kuyup. Ia mengentak-entakkan kaki untuk menghangatkan diri.
Ibunya kaget melihat Riri basah kuyup seperti itu.
“Sudah Ibu katakan kamu tak boleh keluar bermain hujan! Nah, sekarang lihat apa yang terjadi!” kata ibu marah.
“Ta... tapi kenapa anak-anak itik itu tidak menggigil kedinginan ya, Bu?” tanya Riri penasaran.
“Bulu itik dilapisi minyak yang tahan air. Bulu mereka tidak akan basah ketika menyelam sekalipun. Oleh karena itu, itik dapat bermain hujan dan tidak kedinginan. Kebalikan dari bulu itik yang tidak basah, bulu ayam mudah ditembus air dan hujan membuatnya menggigil. Paham, Nak?”
Lalu, ibu memandikan Riri, dan mengeringkan bulu-bulunya dengan melilitkan handuk ke tubuhnya.
Malam hari, tubuh Riri demam. Ia terkena flu. Meski sudah berbaring cukup lama, ia tidak bisa tidur. Tubuhnya terasa tidak nyaman. Flu membuat napasnya sesak. Riri bergumam dalam hati, “Ah, ideku bermain hujan tidak bagus. Lain kali aku akan mematuhi nasihat Ibu.” Sayangnya, penyesalan selalu datang belakangan.
Sayangi dan hormatilah kedua orangtua kita. Misalnya, selalu mematuhi nasihat-nasihat yang baik dan berguna dari mereka.