AUDIO

Upacara Bendera

Penulis: Ruri Irawati


Senin sudah datang. Hari yang sangat tidak disukai oleh Andi. Ia harus melaksanakan upacara bendera di sekolahnya, SDN Cibuluh, Kota Bogor. Andi merasa malas, harus berdiri berpanas-panasan menghadap tiang bendera di tengah lapangan.

Andi selalu menghindar mengikuti upacara bendera dengan berbagai alasan. Tapi, kali ini, ia tidak bisa mengelak. Pak Irfan, wali kelasnya, sudah hafal alasan-alasannya.

“Andi, pakai topimu dan langsung ke lapangan!” ujar Pak Irfan.

Dengan terpaksa, Andi menuju barisan teman-teman sekelasnya. Sengaja ia berdiri paling belakang di barisan. Ia berniat di tengah upacara berlangsung untuk menyelinap ke dalam kelas yang pintunya tak jauh dari tempat ia berdiri.

Saat mengheningkan cipta, semua peserta upacara menunduk dan berdoa khidmat. Bagi Andi, itu kesempatan. Ia mulai melangkah mundur menuju pintu kelas. Namun saat langkah ketiga, kaki Andi terantuk sepasang kaki. Ternyata, di belakangnya ada Pak Rahman yang sedang khidmat mengheningkan cipta. Pak Rahman adalah tukang kebun sekolah yang sudah tua.

Andi lalu memberi kode pada Pak Rahman untuk bergeser memberinya jalan. Namun, tak disangka. Tiba-tiba Pak Rahman terjatuh pingsan. Tentu saja Andi kaget, begitu pun peserta upacara lainnya.

Upacara dihentikan sejenak. Andi ikut membantu menggotong Pak Rahman ke ruang UKS bersama beberapa guru. Setelah ditangani beberapa guru, Pak Rahman akhirnya sadar. Andi lalu diminta oleh Pak Irfan menemani Pak Rahman beristirahat.

Pak Rahman yang merasa sudah baikan, lalu berusaha bangun. “Bapak mau ikut upacara lagi, Nak.”

Namun, ternyata badan Pak Rahman masih lemah. Andi meminta Pak Rahman tetap beristirahat. “Bapak, kan, sakit. Kenapa ikut upacara?”

“Bapak tidak sakit. Hanya kepanasan, Nak,” jawab Pak Rahman. “Tak sebanding dengan apa yang dilakukan pahlawan-pahlawan kita dulu saat berjuang membela dan mempertahankan Tanah Air,” lanjut Pak Rahman.

Lantas, Pak Rahman bercerita. Sewaktu ayahnya kecil, tanpa sengaja ayahnya berada di tengah medan pertempuran melawan pasukan penjajah. Untungnya, ayah Pak Rahman bisa selamat. Namun, tidak dengan kakeknya. Itu sebabnya, sang ayah terus mengingatkan agar anak cucunya tidak melupakan jasa-jasa kakek dan teman-temannya. Mereka mengorbankan nyawa berperang mempertahankan Indonesia.

Andi terdiam menyimak cerita Pak Rahman. Dalam hati, ia merasa menyesal, selama ini selalu malas-malasan mengikuti upacara bendera. Mulai saat itu, ia berjanji untuk mengikuti upacara bendera dengan khidmat seperti yang dilakukan Pak Rahman.

Bangsa Indonesia kini sudah merdeka. Kita harus menghargai jasa para pahlawan, salah satunya dengan cara mengikuti upacara bendera dengan khidmat.