“Huh, kabut asap ini membuat napasku jadi sesak!”
“Iya. Mataku juga pedih gara-gara kena kabut asap!”
Dua anak laki-laki yang tinggal di Dusun Lubuk Dagang, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat itu mengeluh. Mereka ingin bermain di lapangan, tetapi kabut asap membuat mereka membatalkan rencana. Kabut asap yang makin pekat membuat mereka tak bisa keluar rumah untuk bermain.
Si Kabut Asap mendengar keluhan anak-anak itu. Ia tadi juga mendengar keluhan banyak orang lain di sepanjang jalan. Semuanya sama-sama menyalahkan dirinya. Kabut Asap jadi sedih. Ia sebenarnya tak ingin mengganggu manusia.
“Aku tahu. Ini semua gara-gara Si Api!” Kabut Asap pun protes kepada Api yang masih asyik menyala melahap semak belukar di lahan gambut.
“Kok, aku yang disalahkan?” protes Api.
“Iya, gara-gara kamu aku jadi ada, kan? Coba kalau kamu tak menyala, aku juga pasti tak muncul.”
“Kamu salah, Kabut Asap! Ini semua salah si Angin. Dialah yang membuat nyalaku membesar dan membuatmu jadi terbang ke mana-mana. Kalau tak ada Angin, kamu tak mungkin terbang sampai jauh kan?”
Kabut Asap paham. Tak salah lagi, dialah penyebab semua kekacauan ini. Ia lalu protes kepada Angin.
“Lho, kok aku yang disalahkan? Aku ini sejak dulu sudah ada di alam. Dalam keadaan normal, manusia malah menyukaiku. Mereka suka semilir angin yang sejuk, bukan?” jawab Angin keheranan.
“Iya. Tapi kalau tak ada kamu, Api tak akan membesar nyalanya. Aku pun takkan terbawa oleh hembusanmu sampai ke mana-mana!”
Angin terdiam. Betul juga kata si Kabut Asap, pikirnya. Tapi Angin juga enggan disalahkan. Ia pikir-pikir lagi perkataan Kabi. Awalnya Api menyala, lalu muncullah Kabut Asap. Lalu embusan Angin membuat nyala Api membesar, Kabut Asap makin membumbung dan menyebar sampai ke tempat yang jauh. Nah, masalahnya siapa yang awalnya menyebabkan si Api menyala?
“Aha! Manusia penyebabnya! Mereka yang membakar semak untuk membuka lahan perkebunan. Mereka yang menyebabkan adanya si Api. Jadi, manusialah penyebab semua kekacauan ini!” seru Angin.
Kabut Asap terperanjat dengan penjelasan Angin. Ternyata manusia sendiri yang jadi penyebabnya, dan manusia pula yang terkena akibatnya!
Tiba-tiba, awan datang. Manusia menyambut awan dengan gembira. Karena awan akan mengantarkan hujan. Dan, hujan pun akan membantu memadamkan kebakaran dan menghilangkan kabut asap.
Kabut Asap dan Api tersenyum. Meski nanti setelah hujan turun, keduanya akan lenyap. Tapi, mereka senang. Manusia akan kembali hidup dengan nyaman. Asalkan, nanti tak ada lagi manusia yang sembrono membakar hutan.
Bencana dan kerusakan lingkungan banyak terjadi karena ulah manusia, termasuk pembakaran hutan. Mari menjaga kelestarian lingkungan hidup kita agar bumi menjadi tempat yang nyaman bagi semua.