Seorang kakek berbaju surjan berjalan pelan menyusuri jalan di Dusun Kasihan, Tamantirto, Bantul. Warga dusun di sebelah selatan Yogyakarta itu sudah tak asing lagi dengan kakek bernama Mbah Amat.
“Dari mana, Mbah?” sapa Aryo, anak kelas empat SD yang sore itu bersepeda keliling kampung.
“Dari menengok warisan Mbah!” jawab beliau.
“Warisan?” Aryo mengernyitkan dahi. Mbah Amat terkekeh. Beliau memang selalu ramah dan ceria meski hidup sebatang kara. Tubuhnya juga masih sehat. Bahkan, ke mana-mana sering tak beralas kaki.
Sudah beberapa tahun ini, Mbah Amat sering jalan-jalan sendiri. Kadang sebuah sekop atau cangkul dipanggulnya. Jika ditanya beliau mau ke mana atau dari mana, jawabannya seperti sore itu. Menengok warisan. Anak-anak dusun sering tertawa melihat perilaku Mbah Amat dan mengira beliau sudah pikun. Tapi, Aryo tidak begitu. Baginya, Mbah Amat adalah sosok yang unik.
Aryo tergelitik untuk mencari tahu soal warisan Mbah Amat. Andai benar beliau punya harta warisan banyak, pasti penduduk kampung akan kembali menghormatinya.
“Rayi, ayo ikut aku mengungkap misteri warisan Mbah Amat!” ajak Aryo kepada kawan karibnya. Rayi pun menyambut ajakan itu. Mengendarai sepeda masing-masing, keduanya mengikuti Mbah Amat yang mulai keluar dari rumahnya.
Setelah beberapa lama, tibalah kakek berbaju surjan itu di perbatasan dusun. Di sana sunyi. Hanya ada pepohonan dan banyak kantong plastik berisi bibit pohon. Kedua anak yang penasaran terus mengamati. Hingga tiba-tiba...
“Kalian mengikutiku, ya?” tanya beliau sambil menoleh.
Aryo dan Rayi kaget bukan main. Belum sempat mereka menjawab, Mbah Amat menghampiri.
“Inilah warisan untuk anak-cucu,” kata beliau lirih. “Mbah sedih dusun ini makin hari makin panas. Tak sehijau dulu. Banyak bangunan yang menggantikan pohon-pohon. Makanya, Mbah biasa melakukan pembibitan pohon. Bibit-bibit pohon sengon, asam jawa, rambutan, melinjo, juga mangga, bisa kalian jumpai di sini.”
Aryo dan Rayi berpandangan. Ternyata warisannya adalah bibit pohon!
“Ini, terimalah bibit pohon warisan Mbah untuk kalian berdua. Tanam, rawat, dan jagalah agar kelak dusun ini tetap asri.”
“Terima kasih, Mbah!” Dua anak lelaki itu menerima pemberian Mbah Amat dengan senang. Mereka pun ingin mengikuti jejak Mbah Amat untuk menghijaukan lagi dusun itu.
Pohon banyak memiliki manfaat untuk kehidupan manusia. Miliki kebiasaan menanam serta merawat pohon, untuk mewujudkan bumi yang lebih hijau, indah, dan asri.