AUDIO

Deni Belajar Peduli

Penulis: Wahyu Indriyati


Aryo tercengang saat menyaksikan berita di televisi tentang musibah banjir bandang di Kabupaten Garut, Jawa Barat. Rumah-rumah rusak. Kendaraan hanyut. Warga harus mengungsi karena kehilangan rumah.

Ia pun menceritakan hal itu kepada Deni, sahabat sekaligus tetangganya. Mereka tinggal di Ngampilan, Yogyakarta. Deni yang sedang asyik makan es krim di teras rumahnya tampak tak tertarik mendengarkan.

“Kasihan warga di sana, Den! Sekolah dan rumahnya rusak. Mereka butuh bantuan.”

Setelah es krimnya habis, Deni baru menanggapi. “Kamu mau membantu? Kita kan tidak kenal mereka. Aku kalau membantu, ya ke teman yang kukenal saja.”

“Lho, kok begitu? Membantu sesama itu ya tidak boleh pilih-pilih begitu!” tiba-tiba Mas Dito muncul sambil membawa sebuah kardus. Mas Dito adalah kakak sulung Deni. Isi kardus itu ternyata baju-baju yang akan disumbangkan Mas Dito kepada korban banjir di Garut tersebut.

“Remaja kampung kita mau menyumbang ya, Mas?” tanya Aryo dengan mata berbinar. Mas Dito mengangguk. Aryo pun tanpa permisi segera berlari ke rumahnya yang terletak di sebelah rumah Deni.

Tak terlalu lama, Aryo kembali membawa sekardus penuh baju-baju miliknya yang tak lagi terpakai.

“Banyak juga bajumu, Ar. Setelah sumbangan terkumpul, akan kami kirimkan ke daerah bencana. Mas kebetulan punya kawan yang jadi relawan di sana. Jadi, bantuan akan lebih cepat sampai,” tutur Mas Dito.

Aryo mencolek Deni yang masih bengong saja. “Den, aku sudah menyumbang. Kamu juga kan?”

Deni hanya diam tak menjawab.

Melihat sikap adiknya, Mas Dito lalu masuk ke dalam rumah untuk mengambil sesuatu.

“Ini kliping, kumpulan foto dan berita gempa di Yogyakarta tahun 2006. Waktu itu, kalian masih bayi. Coba lihat!” ujar Mas Dito kemudian.

Deni dan Aryo menerima kliping itu. Begitu membukanya, mereka berdua melihat berita dan foto-foto yang menyedihkan. Deni baru sadar, pada tahun 2006, ternyata sebagian wilayah Yogya rusak parah karena gempa.

“Coba bayangkan kalau waktu itu semua orang berpikir seperti Deni, hanya mau membantu orang yang dikenal, mungkin ...”

“Mungkin Yogya masih kacau balau sampai sekarang ya, Mas?” Deni memotong kalimat kakaknya. Mas Dito pun tersenyum dan mengangguk.

Deni lalu tiba-tiba berlari masuk ke kamarnya. Lalu ia keluar menyerahkan celengan ayam kepada kakaknya.

“Ini buat korban banjir di Garut, Mas!” ujar Deni.

“Oh, bagus. Adikku mau menyumbang juga akhirnya!” jawab Mas Dito sambil memeluk adiknya itu. Aryo ikut terharu melihatnya. Ah, indahnya berbagi dan peduli sesama.

Membantu sesama manusia yang sedang membutuhkan seperti korban bencana alam adalah perbuatan mulia. Tak masalah berapa pun yang kita sumbangkan, yang penting kepedulian kita akan penderitaan sesama.