AUDIO

Pohon Kawuasa yang Berjasa

Penulis: Rini Lasman


Di sebuah hutan di Sulawesi Selatan, Pohon Kawuasa sedang berusaha bersembunyi dan ia tampak meringkuk ketakutan. Pohon Kawuasa adalah jenis tanaman merambat yang buahnya berbulu dan bisa membuat orang gatal-gatal.

“Buk! Buk! Buk!” Dari jauh ia bisa mendengar suara langkah manusia.

“Kawuasa! Kenapa kamu kelihatan ketakutan begitu?” tanya Pohon Mangga.

“Aku takut. Kalau manusia menemukanku, mereka biasanya akan…” Kalimat Pohon Kawuasa terhenti. “Di hutan ini saja, tinggal aku dan beberapa saudaraku yang masih bertahan. Lama-lama kami akan punah,” katanya sedih. “Kurasa, itu karena buahku yang gatal,” ujarnya lagi.

“Buk! Buk! Buk!” Terdengar suara langkah itu makin mendekat.

Ada tiga manusia yang sedang menuju ke arahnya. Salah satunya membawa arit. Pohon Kawuasa menahan napas. Ia takut ditebang dan dibabat habis oleh para manusia itu.

“Terima kasih sudah memberi tempatku untuk merambat, teman,” bisik Pohon Kawuasa seraya berpamitan pada Pohon Mangga.

Pohon Kawuasa melihat tiga buah pasang mata bulat mengamatinya dari dekat.

“Nah, ini dia!” seru sebuah suara senang.

Pohon Kawuasa bingung. Loh, kok suaranya terdengar senang?

“Ini tanaman keren itu ya, Yah?” tanya sebuah suara kecil. Pemilik suara kecil itu melihat Pohon Kawuasa dengan pandangan kagum.

“Keren? Apa aku tidak salah dengar?” gumam Pohon Kawuasa.

“Siapa yang masih ingat cerita Kakek tentang pohon ini? Kakak Fadli atau adik Asraf?” tanya Ayah.

“Aku!” seru Asraf bersemangat. “Waktu zaman penjajahan dulu, Kakek cerita kalau Pohon Kawuasa ini telah banyak membantu Kakek dan teman-temannya. Mereka menaruh buah-buah pohon Kawuasa di jalan yang dilewati oleh pasukan penjajah. Pasukan penjajah yang terkena buah ini akan gatal-gatal. Nah, saat itulah digunakan para pejuang untuk menyerang para penjajah. Hi-hi-hi...” Asraf dan Fadil lalu tertawa geli membayangkan para penjajah yang garuk-garuk kegatalan.

“Berarti pohon ini punya banyak jasa ya, Yah?” tanya Fadil kemudian.

Ayah mengangguk. “Benar, Fadil. Pohon Kawuasa ini sudah berjasa membantu para pejuang. Kini tugas kita untuk melindungi Pohon Kawuasa ini supaya tidak punah.”

Ayah lalu mengambil beberapa buah Kawuasa yang berwarna cokelat dan dengan hati-hati dan memasukannya ke dalam kantong. “Ayah akan bawa ini ke tempat kerja. Di sana, Pohon Kawuasa ini akan ditanam, dirawat, diperbanyak, dan diteliti. Siapa tahu tanaman ini mempunyai khasiat lain yang bermanfaat bagi manusia.”

Pohon Kawuasa langsung menarik napas lega. Ia sekarang percaya, masih ada manusia-manusia yang baik hati pelindung tanaman-tanaman langka seperti dirinya.

Mari kita melestarikan keanekaragaman hayati kekayaan bangsa kita, salah satunya dengan cara melindungi pohon-pohon langka kita dari ancaman kepunahan!