Hari ini, Ahem libur sekolah. Biasanya anak-anak seusia Ahem di Desa Bawomataluo, Kabupaten Nias Selatan, Sumatera Utara, mengisi waktu liburan dengan menyaksikan hombo batu atau lompat batu.
Begitu juga Ahem. Ia sangat suka melihat atraksi tradisi itu, apalagi Paman Toro, adik dari Ayah Ahem, selalu mengikuti atraksi itu. Sebelum pergi ke tempat itu, Ahem pun menjemput Paman Toro terlebih dulu.
Setiba di rumah Paman Toro, Ahem langsung ke tempat di mana acara Lompat Batu itu dilaksanakan. Ahem pun sangat senang melihat pertunjukkan orang-orang melompati tembok batu yang berbentuk mirip piramida setinggi 2 meter itu.
"Paman untuk apa ikut lompat batu?" tanya Ahem setiba di tempat itu.
"Nanti ya seusai Paman melakukan atraksi Lompat Batu dulu," jawab Paman Toro.
Tidak lama kemudian Paman Toro pun usai. Lalu, mengajak Ahem mengitari ke tempat lain. Di sana ada pula tembok batu yang berbentuk piramida lainnya dengan ukuran tinggi berbeda-beda. Ada yang satu meter. Ada pula yang 1,5 meter.
"Kamu harus tahu sebelum Paman melompati batu yang tinggi tadi. Paman juga harus belajar lebih dulu melompati batu-batu yang ada di depan kamu ini," ujar Paman Toro menjelaskan pada Ahem.
"Kalau begitu Ahem boleh dong ikut, Paman?”
"Boleh saja! Karena bagi laki-laki dewasa di sini memang diharuskan bisa lompat batu, terlebih bagi mereka yang ingin menikah," panjang lebar Paman Toro memberitahukan.
Ahem pun puas mendengarkan ucapan Paman Toro.
Pada keesokan hari, Ahem ternyata mencoba melakukan kegiatan Lompat Batu tersebut sendirian. Namun, ia lantas beberapa kali terjatuh. Bahkan, sempat fatal jatuhnya sehingga Ahem harus dirawat di rumah sakit. Ia mengalami cidera di tangan, lutut, dan kaki. Paman Toro yang mengetahui pun terkejut lantas menjenguk Ahem di rumah sakit.
"Maaf ya, Paman. Tadi pagi, aku mencoba belajar melompati batu yang aku susun sendiri. Tapi, akhirnya seperti ini," lirih Ahem menahan perih.
"Belajar sendiri, boleh. Tapi, kamu harus ingat itu bukan permainan biasa. Jadi, jika mau mencoba belajar, harus didampingi orang yang sudah berpengalaman. Paham?"
"Iya, Paman!"
"Tapi, aku masih bisa belajar melompat batu lagi kan dengan didampingi Paman nanti?" lanjut Ahem.
Paman Toro hanya tersenyum tanda mengiyakan. Ahem pun senang dan ia semakin semangat untuk sembuh. Ia ingin seperti Paman Toro menjadi pemuda Nias sejati yang bisa melompat batu dengan terampil.
Kesuksesan tidak bisa diraih dengan cara instan. Harus melalui proses yang dilakukan secara tekun. Harus ada proses belajar setahap demi setahap hingga akhirnya bisa meraih keberhasilan.