AUDIO

Vivi Belajar Peduli

Penulis: Karunia Sylviany Sambas


Vivi dan keluarganya tinggal di Kota Tanjungbalai, Sumatera Utara. Ia ingin sekali membeli komik terbaru. Ia memang penyuka komik. Vivi sudah menabung sejak tahun ajaran baru dimulai. Liburan kali ini ia berencana mengajak Bang Didit ke toko buku.

“Bang, tabungan Vivi sudah cukup untuk membeli komik. Nanti sore antarkan Vivi ke toko buku, ya?” ujar Vivi pada kakaknya saat mereka berdua sedang bersantai di teras rumah.

Bang Didit pun mengangguk. Ia senang bila adiknya gemar membaca.

Namun, tiba-tiba Vivi melihat Dita teman sekelasnya sedang berjalan di depan rumahnya sambil menuntun sepeda. Ia merasa heran karena Dita terlihat berjalan sambil menangis sesenggukan.

Vivi lalu bergegas keluar dari rumahnya dan menyongsong Dita.

“Kenapa, Dita. Ada apa?” tanya Vivi. “Yuk, mampir ke rumahku dulu. Biar kamu istirahat dulu. Kamu tampak sedih dan bingung begitu,”

Dita menuruti kata-kata Vivi. Sambil terisak ia lalu bercerita kalau ia baru saja mengalami kecelakaan. “Aku tadi hampir menabrak seekor kucing. Lalu aku jatuh,” ujar Dita.

Rupanya barusan Dita pergi ke pasar untuk membeli bahan-bahan pembuat kue atas permintaan ibunya. Ibunya Dita memang berjualan kue-kue sejak ayah meninggal. Karena menghindari seekor anak kucing tadi, sepeda Dita oleng dan jatuh. Bahan-bahan pembuat kue jatuh ke jalan. Sepeda Dita rusak pula.

Di teras rumah, Vivi mengambil kotak P3K dan segera membantu mengobati luka-luka lecet di lengan Dita.

“Aku menangis karena kasihan sama Ibu. Semua bahan untuk membuat kue tadi jatuh tumpah berserakan di jalan sehingga ibuku tak bisa membuat kue,” ujar Dita lirih.

Vivi yang sejak tadi terus terdiam, lalu berpikir keras. Dalam hatinya, ia merasa bimbang. Di satu sisi ia ingin membantu Dita. Namun, di sisi lain ia juga ingin membeli komik yang sudah lama diimpikan.

“Nih, uangku buat kamu saja, Dit. Ini buat membeli bahan pembuat kue yang tadi jatuh.” Vivi mengulurkan sejumlah uang yang sudah dikantongi sejak tadi.

“Tapi, Vi ....” Dita terlihat ragu.

Vivi tersenyum. Ia memasukkan uang itu ke saku baju Dita. “Semoga dapat membantu, ya.”

Dita sangat berterima kasih atas bantuan sahabatnya itu.

Vivi lalu mengambil sepedanya. Berdua dengan Dita mereka berboncengan menuju ke toko bahan pembuat kue di pasar. Sementara Bang Didit, membetulkan sepeda Dita.

Setelah Dita sudah pulang kembali ke rumah ibunya, Bang Didit lalu berkata, “Vi, yuk, berangkat! Katanya, tadi mau ke toko buku.”

“Tidak jadi, Bang Didit,” kata Vivi sambil menceritakan uangnya untuk membeli komik sudah dipakai untuk menolong kesulitan Dita tadi.

Bang Didit tersenyum. “Abang bangga karena Vivi peduli pada orang lain. Rela mengorbankan uang membeli komik untuk membantu kesulitan teman.”

Hari Minggu sore itu menjadi sangat berkesan bagi Vivi. Ia belajar peduli pada orang lain.