AUDIO

Pupi dan Tummi

Penulis: Bambang Irwanto


Pupi, si tupai mentawai, sedang malas. Cuaca di Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, tempat tinggal Pupi sedang panas. Makanya, hari ini, Pupi ingin bersantai dan tiduran saja di rumah. Apalagi persediaan kenari Pupi masih ada.

Tok-tok-tok… Tiba-tiba terdengar pintu rumah Pupi diketuk. Dengan malas, tupai berjenis genus tupaia itu membuka pintu. Ternyata, Tummi tupai yang datang.

"Hai, Pupi. Aku kebetulan lewat sini! Makanya, aku mampir," sapa Tummi ceria.

"Oh, begitu." Pupi menanggapi sapaan Tummi dengan biasa saja. Dengan enggan, Pupi mempersilakan Tummi masuk. Uh, Tummi mengganggu saja. Kenapa sih, Tummi datang? Aku, kan ingin bersantai, gerutu Pupi dalam hati.

Begitulah, dengan enggan, Pupi meladeni Tummi. Saat Tummi bercerita, Pupi hanya menanggapi seadanya. Pupi juga tidak menyuguhkan kenari untuk Tummi. Bahkan, saat Tummi minta air minum, Pupi bilang sedang habis.

Setengah jam kemudian, Tummi pun pamit pulang.

“Aah.. senangnya! Akhirnya, Tummi pulang!” sorak Pupi. Ia kini bisa bersantai.

Esoknya, hujan turun deras. Pupi bergegas ke tempat penyimpanan kenarinya.

"Ya, ampun kenariku ternyata habis. Aduh, bagaimana ini?"

Pupi bingung sendiri. Tidak mungkin mencari kenari, biji-bijan atau buah di tengah hujan deras. Tiba-tiba Pupi teringat Tummi.

“Ah, aku malu. Kemarin, Tummi ke sini. Aku tidak melayani dengan baik,” gumam Tupi.

Pupi tidak jadi ke rumah Tummi. Ia akan menunggu saja. Pupi berharap, siang hari hujan akan reda.

Ternyata, sampai siang, hujan masih saja turun. Pupi semakin kelaparan.

“Aduh, perutku sakit!” rintih Pupi.

Akhirnya, Pupi terpaksa ke rumah Tummi dengan menggunakan payung. Ia mengetuk pintu rumah Tummi pelan-pelan. Beberapa saat kemudian, pintu terbuka.

"Hai, Pupi! Ayo silakan masuk!" ujar Tummi dengan ramah.

Di dalam rumah Tummi, Pupi menceritakan maksud kedatangannya. Tummi mengangguk mengerti. Tummi lalu memberikan kenari buat Pupi. Pupi pun makan dengan lahap. Tak lupa, Tummi juga menyediakan minuman hangat untuk Pupi.

Tummi benar-benar melayani Pupi dengan baik. Saat Pupi akan pamit pulang, Tummi juga memberikan bekal kenari pada Pupi.

Pupi pun merasa malu. Ia yang tidak menghargai Tummi saat temannya itu datang, ternyata mendapatkan hal yang sebaliknya dari Tummi. Ia benar-benar disambut dan dilayani dengan baik oleh Tummi.

"Maafkan aku ya, Tummi! Kemarin aku bersikap tidak menghargai kamu saat kamu datang ke rumahku.”

“Tidak apa-apa Pupi. Lain kali, kamu harus menghargai tamu, ya!” pesan Tummi. Pupi pun mengangguk.