Memasuki akhir bulan, buah-buah jambu air milik Tante Citta mulai matang di pohon. Suatu siang, Didon dan Ari melewati pohon itu. Kedua anak laki-laki yang tinggal di Desa Pana, Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan, itu baru saja pulang sekolah. Mereka adalah siswa kelas tiga sekolah dasar.
“Ayo, kita ambil jambu air itu, mumpung lagi sepi,” bisik Didon.
“Jangan ah,” bisik Ari. “Kata Bu Guru, mengambil milik orang tanpa izin itu namanya mencuri.”
“Ah, kamu penakut,” kata Didon. “Biar aku yang manjat.”
Setelah memanjat pagar samping rumah Tante Citta, Didon pun mengendap-endap mendekati pohon jambu. Dia mulai memanjat.
Di atas pohon, Didon memetik dan langsung memakan buah jambu air. Rasanya segar di tengah siang yang terik. Tidak lupa, ia juga menjatuhkan buah jambu ke arah Ari. Ari membuka tasnya untuk menampung buah-buah itu.
“Sudah cukup, Don! Ini sudah banyak!” teriak Ari.
“Hus! Jangan ribut!” balas Didon.
Tiba-tiba, pintu rumah Tante Citta terbuka. Ari kaget dan langsung kabur, sementara Didon tertinggal di atas pohon!
Tante Citta keluar membawa buku novel. Kemudian, ia membaca di teras.
Di atas pohon, Didon gemetaran. Ia bersembunyi di balik dedaunan yang rimbun, tak bergerak-gerak. Didon sungguh merasa tersiksa. Sementara itu, Tante Citta tampak asyik membaca novel. Ia tak kunjung meninggalkan teras.
Didon jadi lelah menunggu. Dia takut ibunya di rumah akan memarahinya karena pulang terlambat.
Menjelang sore, ibunya Didon datang ke rumah Tante Citta diantar oleh Ari.
“Didon ada di pohon Jambu itu,” kata Ari menunjuk pohon jambu air di halaman rumah Tante Citta.
Ibunya Didon kaget melihat anaknya di atas pohon. Ia langsung menyuruh Didon turun.
“Ada apa, Ibu?” tanya Tante Citta yang melihat ibunya Didon dan Ari.
Ibunya Didon lalu menceritakan yang terjadi kepada Tante Citta, kemudian meminta maaf atas ulah Didon tersebut.
Begitu Didon turun, ibunya langsung menyuruh Didon meminta maaf kepada Tante Citta.
“Maafkan saya, Tante,” kata Didon kepada Tante Citta.
Tante Citta yang baik hati pun memaafkan Didon. “Lain kali, kalau kalian mau makan jambu air, datang saja kemari. Tapi, kalian bilang dahulu ke Tante ya,” kata Tante Citta kepada Didon dan Ari. “Tuh, kalian ingat ya kata-kata Tante Citta. Kalian harus minta izin dulu,” ibunya Didon menimpali.
Tante Citta lalu masuk ke rumah mengambil kantong plastik. Ia menyilakan Didon dan Ari mengambil buah jambu air sebanyak yang mereka mau.
“Hore!” seru Didon dan Ari gembira.
Sejak itu, Didon dan Ari selalu meminta izin terlebih dahulu pada Tante Citta apabila ingin mengambil buah jambu air dari pohon. Dengan berlaku jujur seperti itu, mereka bisa menikmati buah jambu air yang segar tanpa merasa waswas lagi.