AUDIO

Buku Pinjaman

Penulis: Hamidah Jauhary


Sekolah Tia, salah satu SD Negeri di Kota Bekasi, Jawa Barat, sedang libur akhir semester. Kebetulan, liburan kali ini bertepatan dengan bulan Ramadhan. Untuk menghabiskan waktu sambil menunggu waktu berbuka, Tia membaca buku.

Tapi, buku miliknya sudah habis dibaca semua. Tia pun kemarin meminjam buku bacaan dari Fina. Fina adalah teman sekelas Tia yang rumahnya tak jauh dari rumah Tia.

“Sedang membaca apa, Kak?” tanya Dila, adik sepupu Tia yang sedang berlibur di rumah Tia. Dila hanya lebih muda satu tahun dari Tia.

Tia menoleh lalu menunjukkan bukunya. “Ini.”

Dila kelihatan tertarik. “Wah, buku Kumpulan Dongeng Nusantara. Boleh aku pinjam nanti, Kak?”

“Hmmm... nanti kita tanya ke teman Kakak dulu ya, Dila,” jawab Tia. “Soalnya, buku ini milik teman Kakak.”

“Oh, begitu,” tanggap Dila.

Tia lalu berdiri dari duduknya. Ia masuk ke kamar, lalu mengambil penggaris kecil yang ada di atas meja belajarnya. Penggaris itu ia selipkan di buku dongeng yang dipinjamnya.

Dila heran dengan yang dilakukan Kakak sepupunya itu. “Penggaris itu untuk apa, Kak?”

“Untuk pembatas,” jawab Tia. “Sebagai tanda sampai di mana aku membacanya tadi. Karena di bukunya tidak ada pembatas sendiri, maka aku memakai penggaris.”

“Kenapa tidak dilipat saja? Kan, lebih gampang.”

“Kalau dilipat, akan merusak bukunya, Dila. Ini, kan buku pinjaman. Jadi, Kakak harus bertanggung jawab agar bukunya tidak rusak,” jelas Tia.

Dila hanya mengangguk.

Tak lama, Tia lalu mengajak Dila berkunjung ke rumah Fina.

“Kenapa harus bertanya dahulu ke teman Kakak, sih?” tanya Dila di perjalanan. “Kan lebih mudah kalau aku langsung membacanya setelah Kakak selesai membaca.”

Tia tersenyum menatap Dila. “Memang lebih mudah langsung seperti itu. Tapi, tidak baik meminjamkan barang pinjaman tanpa sepengetahuan pemiliknya.”

Tia dan Dila lalu tiba di rumah Fina. Fina sedang duduk di teras rumahnya saat ini.

“Halo, Tia,” sapa Fina. “Ada apa?”

Tia pun lalu mengenalkan Dila kepada Fina. Dila dan Fina saling bersalaman.

“Begini, Fina,” kata Tia kemudian. “Aku belum selesai membaca bukumu. Nanti kalau sudah selesai, apa boleh Dila juga meminjamnya? Katanya, dia ingin membacanya juga.”

Fina tersenyum sambil menatap Dila. “Tentu saja boleh. Asal jangan sampai rusak atau hilang, ya.”

Dila tersenyum senang. “Terima kasih, Kak. Aku pasti akan menjaga buku Kakak seperti Kak Tia. Aku, kan orang yang bertanggung jawab juga seperti Kak Tia.”

Tia tertawa mendengar jawaban Dila. Ia senang Dila bisa belajar bertanggung jawab.