AUDIO

Uang Saku

Penulis: Hamidah Jauhary


Erni berangkat ke sekolah dengan wajah cemberut. Masih agak pagi, sekolahnya masih cukup sepi. Sekolah Erni adalah salah satu SD Negeri di Kelurahan Karya Mulya, Kota Cirebon, Jawa Barat.

Saat memasuki kelas, rupanya sudah ada Santi teman sebangkunya.

“Halo, Erni,” sapa Santi. “Kamu kenapa? Kok kelihatannya seperti kesal begitu?”

“Aku memang sedang kesal,” keluh Erni sambil duduk di bangkunya.

“Kenapa? Kamu bisa cerita padaku.”

“Aku kesal pada Kak Hani dan Mama. Mama tidak adil.”

Santi keheranan. “Tidak adil bagaimana maksudmu?”

Erni pun lalu bercerita kejadian sebelum berangkat sekolah tadi. Mama seperti biasanya memberikan uang saku pada Erni dan Kakaknya, Kak Hani yang sudah kelas XII SMA. Tapi, Erni menganggap kalau Mama berlaku tidak adil. Mama selalu memberikan Kak Hani uang saku jauh lebih besar daripada Erni.

Nah, tadi pagi, Mama dengan mudahnya menambah uang saku untuk Kak Hani saat ia meminta. Padahal kalau Erni yang meminta tambahan seringnya tidak diberi oleh Mama.

“Padahal kan aku juga mau kalau diberi uang saku sebanyak Kak Hani,” kata Erni. “Mama tidak adil. Harusnya kan aku dan Kak Hani diberi uang saku yang sama jumlahnya.”

Santi lalu berkata, “Aku juga sama kok seperti kamu. Uang saku Kak Yetty lebih besar dariku.”

Erni terkejut. “Benarkah? Wah, berarti Mama kamu juga tidak adil.”

Santi menggeleng. “Bukan begitu. Mamaku dan Mama kamu adil kok. Malah sangat adil.”

“Kok begitu?” tanya Erni keheranan.

“Adil itu tidak harus selalu sama, lho. Adil itu berarti juga harus sesuai dengan kebutuhan,” jawab Santi.

“Aku masih tidak mengerti,” Erni kebingungan.

Santi lalu bercerita kalau tadinya ia juga sama seperti Erni. Santi kesal lalu protes pada Mama. Tapi kemudian Santi bisa mengerti setelah Mamanya menjelaskan kepadanya.

“Apa alasannya?” tanya Erni.

Santi pun lalu menjelaskan kalau ia dan kakaknya punya kebutuhan berbeda. Santi masih kelas 4 SD sementara Kak Yetty sudah kelas XII SMA. Sekolah Santi dekat dengan rumah sehingga ia cukup berjalan kaki ke sekolah. Pulangnya juga hanya setengah hari, jadi Santi bisa makan siang di rumah. Sementara sekolah Kak Yetty cukup jauh. Jadi harus naik angkot. Pulangnya pun sore sehingga Kak Yetty harus makan di kantin sekolah.

“Nah, jadi Kak Yetty jelas membutuhkan uang saku yang lebih banyak dari aku. Kamu dan Kak Hani juga sama. Pasti Mama kamu juga berpikir begitu,” jelas Santi.

Erni terdiam. Ia merasa Santi benar. Erni juga baru teringat kalau Kak Hani meminta uang saku tambahan karena mulai hari ini akan ada pelajaran tambahan di sekolahnya.

Erni menyesal karena sudah salah paham pada Mama dan Kak Hani. Ia berjanji akan meminta maaf pada Mama dan Kak Hani sepulang sekolah nanti.